5 Mei 2011

Pikir Dahulu Baru Berikan Tanggapan

Dewasa ini banyak orang-orang di dunia ini yang kebanyakan hanya berpikir melalui satu dimensi (sudut pandang saja), padahal jika ia bisa (baca: mau mengalah) untuk melihat suatu hal atau kondisi dari dimensi yang lain mungkin saja ia akan menemukan kalau apa yang selama ini ia percayai tidak sebenar yang ia pikirkan selama ini.

Keadaan ini lazim terjadi di human society (bahasa guaa #ganahan) hampir di seluruh Bumi yang katanya dicintai tapi tetap saja di"perkosa" oleh manusia-manusia maruk yang hanya memikirkan kepentingan dan kekayaan diri sendiri/golongannya semata. Tidak usah jauh-jauh ke negara lain atau luar negeri (bukannya sama? ), di kampus rakyat (katanya) tempat gua menimba ilmu ini sering ditemukan kesalahpahaman hanya karena masalah "sepele"; tidak bisa melihat suatu kejadian dari berbagai dimensi dan malah menjatuhkan doktrin tersendiri.


Berikut ini adalah (mungkin) contoh masalah yang gua temui selama tiga setengah semester menimba ilmu disini, kalau ada tulisan-tulisan yang salah harap dimaafkan, karena ini adalah kekurangan gua sebagai manusia yang berusaha menulis meski terkadang tidak bisa juga melihat masalah dari berbagai dimensi ....


Kasus Pertama : Kasus Cara Tafsir Al-qur-an

Gua tekankan sekali lagi, gua bukanlah orang yang berilmu tinggi tentang agama, gua hanya mencoba melihat kejadian dan (mungkin) fakta ini berdasarkan dimensi yang bisa gua lihat. Kelucuan dari masalah ini ialah saat gua menjalani yang namanya Masa Perkenalan Departemen (MPD) atau bahasa kerennya ; Ospek Jurusan. Saat menuju menu ospek yang namanya kunjungan kostan, dimana mahasiswa baru diharuskan datang ke kostan/kontrakan kakak kelas yang biasa menjadi basecamp mereka, muncul masalah dengan mahasiswa/i yang bisa dikatakan berilmu agama jauh lebih tinggi dari gua (orang nilai Agama gua aja C).

Masalah mereka ialah ; mereka (kebanyakan wanita) tidak mau datang ke kostan/kontrakan kakak kelas laki-laki dan kalaupun harus, mereka hanya ingin ke kostan/kontrakan yang HANYA diisi oleh kakak kelas yang wanita juga. Seperti kata kakak kelas gua "kita boleh membaur asal tidak melebur" yang barangkali kurang dimengerti oleh teman-teman gua tersebut, padahal setelah gua menimba ilmu ke kakak kelas gua yang notabene benar-benar mengerti agama (dilihat dari prestasi dia dan rekomendasi salah satu teman), datang ke kostan/kontrakan lawan jenis itu wajar, asal dilakukan secara rame (baca: berkelompok) dimana jumlah cowo dan cewe nya sama banyak yang bisa menghindari fitnah.

Sampai sekarang mereka masih (bisa dibilang) keras kepala tentang cara hidup mereka.

Tapi ada satu masalah yang membingunkan gua dan mungkin para pembaca blog ini bisa membantu ..

“Hai sekalian orang-orang yang beriman, bunuhlah orang-orang kafir yang ada di sekitar kamu dan hendaklah mereka merasakan kekerasan daripadamu ….”. (QS At Taubah 9 : 123).

Nah, masalahnya apakah kalian mau membunuh orang kafir, yang menurut pemahaman gua adalah orang yang berbeda agama dengan kita? Tapi bukankah dalam peraturan negara kita Indonesia yang (katanya) negara bermayoritas beragama Islam, dan katanya lagi punya basis Islam yang kuat dibandingkan negara-negara lainnya adalah hal yang patut dihukum secara pidana? 

Kalau menurut pemaham gua kata membunuh itu bukan membunuh secara harfiah, melainkan membunuh dengan cara lain, seperti beribadah lebih taat dan semacamnya. Jadi, kalau kata MEMBUNUH saja bisa diartikan seperti itu, apakah kata MENGUNJUNGI (silahturahmi) dengan tata cara yang benar itu harus diartikan secara harfiah juga, atau tidak samasekali ?


Masalah Kedua : Kasus Hukuman Kelas

Kejadian inilah yang mendorong gua untuk menulis tulisan seperti ini. Dimulai dari beberapa hari yang lalu dimana saat gua mengajak, atau lebih tepatnya mengundang anak-anak kelas untuk mendatangi acara kampus. Berhubung acara kampus akan sangat teramat (#lebai) membutuhkan partisipasi seluruh warga kelas gua (dan teman-teman perwakilan kelompoknya) memberikan pemberitahuan (bukan ancaman) kalau siapa yang tidak datang akan dikenakan hukuman materi yang kemudian akan dimasukkan ke dalam uang kas kelas, dan kalau hukuman materi tidak membuat mereka jera maka dengan sangat terpaksa harus diberlakukan hukuman fisik.

Tiba-tiba seorang teman, sebut saja mr.X menjadi marah dan tidak setuju dengan keputusan tersebut, gua paham reaksi dia, cuma yang gua kurang paham (atau gua yang idiot) ialah ketika dia berkata :
"gua ga suka kalau caranya seperti ini, gua udah berusaha baik-baik di kelas ini, kalau kalian mau bikin peraturan seperti ini gua juga akan bersikap seperti itu ke kalian"

Tanggapan gua dalam hati ; "ni orang kenapa ?"

Hey bro, keputusan ini kan dibuat untuk orang yang sudah berkali-kali, mungkin puluhan kali tidak datang ke acara yang membutuhkan kehadiran seluruh kelas, gua juga nggak terima kalau ada yang main hajar saja tanpa alasan yang jelas. Tapi si mr.X ini terlanjur emosi dan pergi meninggalkan forum.

Sedikit off-topic, gua mau menyinggung masalah sholat ni mameen ...


Dari Hadis kita mendapati bahwa mendirikan sholat sudah ditekankan mulai umur 7tahun dan bila sampai usia 10 tahun belum juga melaksanakannya maka kitaseyogyanya mulai diberi penegasan berupa pukulan sampai mereka maumendirikannya

Nah, berdasarkan pengalaman pirbadi gua yang kadang-kadang malas sholat, gua belum pernah yang namanya dipukulan beneran oleh orang tua gua, kalau diancam mah sering. Intinya yang namanya ancaman itu dibuktikan untuk memberikan seseorang kesadaran bahwa kalau dia tidak menjalankan apa yang disepakati (dalam hal ini berkali-kali) maka ada hukuman yang telah disepakati sebelumnya menanti dirinya.

Seperti kata seorang kakak kelas gua .
"Ingatkan dia dengan teguran, jika tidak bisa dengan teguran ingatkan dia dengan ancaman, kalau masih tidak bisa dengan ancaman ingatkan dia dengan tanganmu"
*kira-kira seperti itu

Dari kedua masalah diatas gua bisa menarik kesimpulan bahwa janganlah kita mengambil suatu keputusan hanya karena melihat suatu kejadian dari satu sudut pandang, ada baiknya kita melihat masalah tersebut dari kacamata yang berbeda agar nantinya bisa dipilih keputusan yang benar untuk semuanya.



*Beberapa kata-kata diatas dikutip dari pengalama pribadi gua dan :

2 komentar:

  1. tumben tulisan lu bener. yang kasus pertama, tuh cewe lebay amat yak. gapapa kali ke kosan temen cowo, asal pintunya jangan ditutup. trus rame2 juga.

    btw soal ke villa juga gue pengennya cowo-cewenya sama banyak. betul kata lo, kalo gak sama banyak takut jadi fitnah... apalagi itu villanya di tempat terpencil. kalo gue cewe sendiri, bisa berabe tuh :p

    BalasHapus
  2. ya gua juga kadang-kadang risih liat ada cewe nyempil sendiri di tongkrongan cowo

    soal masalah villa marilah kita mengajak kaum blogger hawa untuk lebih meramaikan biar jumlahnya bisa menghindarkan dari fitnah :=)

    BalasHapus

Dapat berkomentar menggunakan G+ namun mohon maaf tidak memperbolehkan akun anonim.

Sangat terbuka dengan segala macam komentar, apalagi yang bisa membangun untuk kemajuan blog ini.

Tidak disarankan untuk melakukan copas (copy-paste) terhadap segala tulisan di blog ini karena sewaktu-waktu dapat dilaporkan kepada DMCA Google yang menyebabkan blog si plagiat dapat dihapus dalam kondisi terparah.

Akhir kata, terima kasih sudah berkomentar ^^v

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...