24 Januari 2012

Matinya Film Horor

Bram Stoker's Dracula
(source)
Film layar lebar ber-genre horor merupakan salah satu genre film paling disukai penikmat film. Dengan daya tarik berupa kengerian yang diberikan kepada penontonnya, baik saat menonton film maupun setelah menontonnya, menjadi salah satu sensasi yang membuat genre ini menjadi favorit bagi penggemarnya.

Menurut saya film horor yang berkualitas ialah film yang mampu membuat penontonnya merasakan kengerian bahkan setelah film tersebut selesai mereka nikmati. Semisal mampu membuat penontonnya merasakan 'sedikit' takut atau merasakan perasaan berbeda ketika mereka berada dalam situasi yang hampir sama dengan di film (misalnya : sendiri di tempat gelap).

Namun trend terbaru memperlihatkan eksistensi film-film bertemakan 'pure horror' (horor murni, horor yang benar-benar membuat takut penontonnya karena cerita maupun efek dalam film) semakin hari semakin menghilang. Hal ini membuat 'kengerian' dari film horor tersebut menjadi (agak) terabaikan.

Di Indonesia

Film horor yang pertama muncul di bioskop di Indonesia ialah Tengkorak Hidoep (1941) dan Lisa (1971), kedua film ini dianggap sebagai pionir jenis film horor dalam dunia perfilman Indonesia. Setelah kedua film ini rilis, maka semakin banyak juga film-film horor lainnya yang bermunculan di bioskop-bioskop tanah air pada saat itu. Film horor yang hadir di tahun 70-an, hampir seluruhnnya menampilkan kisah-kisah demonic horror yang bercampur dengan okultisme, sadisme, seks, dan komedi. hal tersebut karena pengaruh film horor global yang berkiblat pada film Rosemary's Baby (1968), film berbudget rendah, namun sukses secara pemasaran ini banyak dipuji kritikus.

Rosemary Baby
(source)
Film-film berjenis horor ini kemudian mengalami masa keemasan pada tahun 80-an. Hal ini diperlihatkan dengan semakin banyaknya film horor Indonesia yang bermunculan di bioskop-bioskop di seluruh Nusantara. Belum lagi beberapa penghargaan bergengsi yang berhasil dimenangkan oleh film-film tersebut. Antara lain piala film Ratu Pantai Selatan (1980) yang memenangkan LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta) pada FFI (Festival Film Indonesia) 1981 untuk Spesiak Efek; Rina Hassim dalam Genderuwo (1981) masuk unggulan FFI 1981 untuk Pemeran Pembantu Wanita; Ratu Ilmu Hitam (1981) bahkan masuk unggulan dalam lebih banyak kategori FFI dalam FFI 1981, Suzanna untuk Pemeran Utama Wanita, WD Mochtar untuk Pemeran Pembantu Pria, juga editing, fotografi, dan artistik.

Bicara tentang artis horor Indonesia, kita tidak dapat mengalihkan pandangan dari Suzanna. Wanita yang bergelar 'Ratu Horor Indonesia" ini bernama lengkap Suzanna Martha Frederika van Osch. Kengerian artis yang terkenal dalam film Sundel Bolong ini memang sudah tak terbantahkan lagi. Suzana yang telaf wafat pada 25 Oktober 2008 lalu ini mampu memukau dan membuat bulu kuduk penonton merinding dalam setiap aktingnya.
Suzanna
(source)

Namun memasuki tahun 2008, kualitas film-film horor di Indonesia (tampaknya) mulai menurun. Ini dibuktikan dengan semakin banyaknya film-film horor di Indonesia yang lebih tepat disebut film semi-porno. Film-film horor sekarang terkesan lebih menjual sisi seksualitas dibandingkan kengerian film itu sendiri. Selain itu judul filmnya juga bisa dibilang jauh dari kesan menyeramkan.

Film horor Indonesia yang bisa dibilang pionir dalam hal seksualitas pada abad ke-20 ialah Suster Keramas. Jika hanya melihat sinopsis ceritanya mungkin kita akan berpikir film ini cukup menyeramkan. Dimana arwah seorang suster yang semasa hidupnya merupakan suster, sang suster ini jatuh cinta kepada orang Jepang yang ditolong, mereka saling jatuh cinta hingga akhirnya berhubungan badan. Penduduk desa yang mengetahui hal tersebut langsung mengusir mereka berdua. Suster yang berada dalam kondisi hamil tersebut meninggal setelah melahirkan seorang anak. Dan anak tersebut kemudian mencari siapa ibu kandungnya dengan kembali ke desa tersebut.

Itu merupakan plot ceritanya, tapi ketika kita melihat filmnya maka kesan horor dan seram tidak akan ditemui. Mulai dari pemeran saudara si anak tersebut (ayahnya yang orang Jepang kembali ke Jepang dan menikahi orang lain) yang diperankan oleh artis porno Jepang ; Rin Sakuragi, hingga beberapa adegan yang terkesan 'hanya' memamerkan keindahan tubuh sang artis Jepang tanpa pernah menyuguhi adegan horor secara banyak.

Setelah Suster Keramas tayang, maka semakin menjamur pula lah film-film horor Indonesia yang berjenis porn-horror (60% porno, 25% horor dan 15% cerita) yang muncul di layar lebar. Selain film-film (yang katanya) horor yang lebih menjual sisi seksualitas dibanding horor itu sendiri, keanehan mulai muncul setelah para sutradara film Indonesia seenaknya mengubah urban myth yang ada di Indonesia, contoh : Pocong Ngesot.

Jika hal ini diteruskan, maka ada kemungkinan akan semakin banyak film Indonesia yang lebih menjual keseksian tubuh pemerannya dibandingkan ide cerita dan mitos urban yang menyeramkan. Ujung-ujungnya film berjenis horor akan ditinggalkan penggemar setianya, para penggemar yang benar-benar ingin merasakan sensasi kengerian dalam menonton film.


Di Hollywood

Film-film horor di Hollywood saya bagi menjadi dua, thriller horror dan folklore horror. Thriller horor lebih kepada membawa penonton merasakan kengerian film melalui adegan-adegan yang mampu membuat kita menahan napas karena adegan yang terjadi sungguh diluar dugaan. Contoh film yang berjenis ini ialah Final Destination Series. Khususnya FD pertama dan kedua, dimana perjuangan sekelompok manusia yang berusaha mencurangi kematian dengan berbagai cara. Selain itu film-film jenis ini juga terkadang memperlihatkan sosok psikopat yang menjelma menjadi suatu entitas yang menyeramkan, seperti John Kramer pada film Saw.

Jhon Kramer
(source)
"You think it's the living who have ultimate judgment over you, because the dead will have no claim over your soul. But you may be mistaken."
(John Kramer . Saw VI)


Jenis kedua ialah folklore horror, yaitu jenis film yang mengangkat cerita-cerita rakyat maupun mitos tentang makhluk-makhluk halus/underworld yang menyeramkan, seperti karakter Drakula, Manusia Serigala (Werewolf) dan Zombie.

Film Bram Stoker's Dracula (1992) termasuk salah satu film yang berjaya dalam jenis ini. Menyusul popularitas novel berjudul sama yang keluar di tahun 1897, film ini berhasil memenangkan beragam penghargaan, antara lain tiga piala Academy Awards, Desain Kostum Terbaik (Eiko Ishioka), Efek Suara Terbaik (Tom C. McCarthy, David E. Stone) dan Make-up Terbaik (Greg Cannom, Michèle Burke, Matthew W. Mungle).

Selain itu film Van Hellsing (2004) juga dapat membuat penontonnya merasakan kengerian sosok Vampir dan Manusia Serigala, meski (tampaknya) lebih banyak adegan action, namun sang sutradara (Stephen Sommers) berhasil menggambarkan tokoh-tokoh horor barat seperti Frankenstein, Vampir dan Werewolf sebagai sosok yang menyeramkan.

Namun kualitas kengerian film-film Hollywood tampaknya mulai menurun. Seperti trend porn-horror di Indonesia, film-film Hollywood mulai melirik film-film romantic-horror, yang sayangnya lebih mementingkan unsur percintaannya dibandingkan unsur horor itu sendiri. Film seperti Twilight Saga menjadi pionir untuk jenis yang satu ini. Bagi para penikmat film-film horor yang asli akan beranggapan bahwa Twilight sudah 'membunuh' kengerian sosok Vampir dan Werewolf. Selain itu ceritanya yang menggambarkan sosok Bella, wanita manusia yang rela menjadi vampir demi bisa bersatu dengan kekasih vampirnya Edward Culllen seakan memberikan kesan bahwa memiliki pacar itu merupakan hal yang paling utama di dunia.

Selain itu juga ada film baru yang lebih mengangkat unsur percintaan dibandingkan unsur horor, yaitu film Warm Bodies yang rencananya akan ditayangkan medio Agustus 2012 di Amerika. Film yang menceritakan kisah cinta seorang Zombie kepada gadis yang ia temui ini seakan 'membunuh' image horor sosok Zombie yang terkenal di film Dawn of The Death (2004) dan Resident Evil Series.

Warm Bodies
(source)


Akhir Kata

Film horor tidak dapat disangkal sudah menjadi salah satu jenis film favorit bagi penikmat film. Mungkin beberapa sutradara film ingin membuat nuasa yang baru dan berbeda pada beberapa film, namun sebaiknya perubahan yang dilakukan tidak usah terlalu radikal. Maksudnya ialah mengubah unsur-unsur yang membuat suatu karakter horor populer, hingga akhirnya para penggemarnya menjadi kurang suka.

Namun pilihan memang akhirnya diserahkan kepada masing-masing individu, apakah tindakan para sutradara yang membuat film horor menjadi not so horror ini baik bagi industri film, khususnya bagi para penikmat sendiri. Saya hanya mencoba beropini melalui tulisan ini.


TERIMA KASIH




Referensi :

19 komentar:

  1. Emang gitu sih, orang sini kan lebih ngincer produk yang punya rating, bukan kualitas. Jadinya yang penting penonton tertarik ngeliat judul + iklannya, terus pas nonton mah, ya ga ada bedanya sama nonton di TV. Penonton puas atau ngga, sabodo teuing yang penting udah pada nonton.

    Sedih juga sama kehausan rating + duit dari mereka yang menyajikan film. Sedihnya lagi kalau usaha membangkitkan perfilman nasional diisi dengan film-film yg gaje begitu. u_u


    P.S
    ITU WARM BODIES NGIKUTIN TWILIGHT BANGET =_=

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagaimana dengan sleep Hollow menggabungkan Triler, Horror, Romantis dan Sejarah

      Hapus
  2. Kalo film Hollywood, ato film barat walau skr lebih banyak ke adegan romantic horror, tapi kesan nya masih dapet. keren dan action nya memikat. Lumayan buat menambah list film yang patut ditonton.

    Kalo indonesia? bukan menghina atau apa, memang jauh dari kesan WAH!. Malah pernah buat saya hampir gila, saat film luar mau di tutup pemasaran nya di indonesia karena pajak yang tinggi biar rakyat cinta produk lokal.

    Kalo ingin rakyat nya cinta produk lokal, ya perbaiki dulu kwalitas, jgn perbanyak kwantitas. -_-

    BalasHapus
  3. hahaha, pelem horor indonesia skrg kalah jauh lah sama pelem luar. walau keduanya sama ada bumbu seksnya, tapi kesan mistisnya emang lebih dapet pelem horor luar.

    padahal kalo boleh jujur, ya setannya Indonesia lebih serem lho drpd setan dr luar sono, cuman karena pengemasannya kurang baek, jadi weh teu serem2 acan.

    oh iya kemaren gue nonton pelem2 horornya jupe, gila, bikin horny parah! adegan panasnya wow banget! trus si jupe tuh, pake baju tanpa bra, pentilnya keliatan parah. hahaha :))

    nice post gan :D

    BalasHapus
  4. Yap, tapi tetep bagus Film horror Jepang atau Thailand karena pure horrorbgt..gak ada embel2 syahwat -_-"

    Nice post!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya maka dari itu film horor Jepang tidak dibahas, karena masih terjaga unsur horornya. Hehehe

      Hapus
  5. film horror saat ini, mungkin lbh mementingkan sisi "seksualitas" ketimbang seni khususnya di Indonesia. Menurut aq itu merupakan kreatifitas dan kualitas sang pembuat ide cerita yg mulai menurun dan strategi produser untuk manarik penonton dgn menyajikan film "porn-horror". Mungkin di awal, mereka bisa sukses dgn film bergenre tsb, tp lambat laun film ini jg ga trlalu meledak d pasaran, krn mnurut aq pnonton saat ini udh pinter dlm memilih film yg brkualitas qo.trims :)

    BalasHapus
  6. informatif. film horor menarik untuk diresensi/review oleh saya pribadi karena faktor kesukaan dan scene2 yang tidak lazim. biasanya suka dengan genre thriller horror. untuk ukuran film Indonesia saya g mau berkomen banyak. tapi Joko Anwar dan Mo Brother, juga sbagian karya Rizal mantovani, membuat citra horor Indonesia di mata dunia, dipandang baik.

    BalasHapus
  7. Gua ga suka nonton film horror soalnya gua agak "peka" dengan hal2 yg begitu...jadi ya, harap maklum...
    Satu2nya film horror yg gua suka tuh film vampir ala HongKong dan Cina, hehehe

    Tapi menurut gua pribadi, film horror paling serem yg pernah gua tonton tuh Paranormal Activity...

    BalasHapus
  8. wooow..super sekali postingannya sampe komennya panjang2 gini..
    semenjak susana meninggal gue ga pernah nonton film horor lgi.terakhir gue nonton itu hantu manggarai.ampe sekarang ga pernah nonton lagi.yg gue jijik itu pas ada dewi persik di film apa gitu sampe gstringnya diliatin gitu. yuck.. by the way gue baru tau kalo final destination sama SAW kategorinya horor rid..

    BalasHapus
  9. aku sendiri memaknai matinya film horor karena selalu dengan bumbu-bumbu sex yang menurutku kamseupay

    BalasHapus
  10. saya gag suka film horror t, soalnya suk terbayang2. apalagi horror indo yg agk porn.

    BalasHapus
  11. "kengerian". Tapi kualitas benar2 horor memang ada di Thailand dan Jepang.. Like it! setuju sama ka Pina, padahal hantu Indo emang lebih nyeremin tapi belum bisa diolah dengan baik :/ tapi pasti gue gak berani nonton kalo gitu. Kalo horor luar gue berani karena ada faktor penasaran. hihi
    Nice post, bang

    BalasHapus
  12. u,u kurang mengerti pilem horror, kecuali twilight hhehehe

    BalasHapus
  13. Ngeri banget kalo ngeliat film horor.-. Setuju sama ka pina. Biasanya film horor indonesia itu kebanyakan adegan yang "gitu - gitu" daripada hantunya.
    Nice post bang!

    BalasHapus
  14. pengen nonton deh yang warm bodies :3

    menurutku lebih banyak sisi negativnya yang ditonjolin dalem film horor indonesia :3
    gak ngerti sama jalan pikiran produsernya. mereka lebih milih rating tinggi dgn film yang abal2 daripada rating tinggi dengan film yang memiliki makna (co:laskar pelangi, gdd, dll)

    BalasHapus
  15. rene kemarin abis nonton paranormal activity 3 sama insidious *eh apalah itu tulisannya*
    dan itu 100000% lebih keren daripada film Indonesia.
    bukannya nggak suka film Indonesia, tapi semakin kesini, semakin parahlah film horor Indonesia.
    anehnya, kok ya film itu dululusin sama pihak pensensoran gitu :/

    BalasHapus
  16. menurut gue horor Indonesia sih nanggung, gak ada unsur bikin tegangnya, padahal potensi hantu-hantu Indonesia kan serem-serem ya XD paling cuma mengandalkan scene yang "ngagetin", tapi selebihnya porn -_-

    BalasHapus
  17. Kalo menurut saya lebih bagus film horor Indonesia itu nonjolin sisi "mythology"-nya daripada adegan-adegan vulgar

    BalasHapus

Dapat berkomentar menggunakan G+ namun mohon maaf tidak memperbolehkan akun anonim.

Sangat terbuka dengan segala macam komentar, apalagi yang bisa membangun untuk kemajuan blog ini.

Tidak disarankan untuk melakukan copas (copy-paste) terhadap segala tulisan di blog ini karena sewaktu-waktu dapat dilaporkan kepada DMCA Google yang menyebabkan blog si plagiat dapat dihapus dalam kondisi terparah.

Akhir kata, terima kasih sudah berkomentar ^^v

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...