24 Februari 2012

Runtuhnya Dominasi Inggris, Kembalinya Kekuatan Italia

Napoli 3 - 1 Chelsea
(source)
Dalam beberapa musim terakhir ini, dominasi tim-tim asal Liga Inggris di Liga Champion begitu ketara dibanding kontestan dari liga-liga Eropa lainnya. Sebaliknya dengan Italia, liga yang pernah menjadi terbaik di dunia pada awal tahun 90-an ini menjadi terpuruk setelah skandal Calciopoli mencoreng harga diri sepak bola Italia di mata dunia ini mulai menunjukkan kekuatannya di ranah Eropa. Setidaknya dari gelaran Liga Champion musim 2011/2012 kali ini tim-tim elit asal EPL tidak begitu mendominasi.

Musim 2011/2012 memang menjadi mimpi buruk bagi tim-tim Inggris, mulai dari gagalnya dua klub asal Manchester (Manchester United dan Manchester City) menembus babak gugur, penampilan dua tim yang tersisa juga tidak bisa dibilang mengesankan, Arsenal dipermak empat gol tanpa balas di San Siro sedangkan Chelsea harus mengakui kekuatan Napoli di San Paolo dengan skor 3-1.

Di luar Liga Champion, tim nasional Inggris juga harus menelan pil pahit kala Fabio Capello memilih mengundurkan diri dari kursi panas pelatih The Three Lions empat bulan sebelum gelaran EURO 2012 dimulai. Rumornya, keputusan sepihak FA yang mencabut jabatan kapten dari John Terry akibat skandal rasisnya kepada Anton Ferdinand membuat Don Capello urung meneruskan masa baktinya sebagai juru strategi Inggris.

Di liga Inggris sendiri, dominasi The Big Four juga mulai terusik tim-tim lain.Masuknya Manchester City sebagai salah satu wakil Inggris di Liga Champion membuat 'aturan baku' bahwa hanya anggota Big Four-lah diperbolehkan untuk mewakili Inggris di ajang paling prestisius antar klub Eropa tersebut. Musim ini dominasi The Big Four semakin terusik dengan bercokolnya Manchester City dan Tottenham Hotspurs sebagai empat klub terbaik di Inggris saat ini.

Ada beberapa kemungkinan mengapa tim-tim Liga Inggris mengalami kemunduran seperti sekarang. Mulai dari anggapan siklus tentang liga penguasa Eropa yang selalu berubah hingga faktor-faktor seperti keseriusan pemainnya dalam membela panji klub.

Beberapa klub di Inggris memang didukung dengan sokongan dana yang melimpah, hal ini memudahkan klub-klub besar Inggris untuk menggelontorkan dana dalam jumlah besar untuk merekrut pemain bintang. Namun terkadang, beberapa pemain yang direkrut tidak sesuai kontribusinya dengan nominal yang dikucurkan saat membeli dari klub awalnya, kasus Fernando Torres yang sekarang mandul di Chelsea saat dibeli dengan harga lebih dari 50 juta Euro dari Liverpool bisa dijadikan contoh.

Fernando Torres, 50 juta euro = 5 gol dari 34 pertandingan
(source)

Gelandang Manchester United, Paul Scholes mengatakan bahwa pemain-pemain yang bermain untuk klub-klub besar Inggris sudah mulai melupakan keinginan memperoleh gengsi dan prestis bermain di klub besar, menurut Scholes kebanyakan pemain yang beredar di EPL lebih mementingkan besarnya nominal gaji dibandingkan kebanggan berseragam tim besar yang memiliki sejarah panjang. Hal ini membuat pemain-pemain tersebut bermain kurang 'ngotot' kala berlaga di lapangan.

Bagaimana di Italia ?

Skandal Calciopoli yang terungkap pada tahun 2006 telah merusak citra dan reputasi Serie-A sebagai salah satu liga terbaik Eropa. Dampaknya jelas, terjadinya eksodus pemain besar-besaran dari Serie-A, paling jelas terlihat pada Juventus yang ditinggalkan hampir semua pemain bintangnya kala dihukum degradasi ke Serie-B.

Demi mengembalikan harga diri Italia, semenjak 2007 klub-klub Italia mulai berusaha membangun tim yang solid berdasarkan pada pemain muda dan ambisius. Setelah usaha bertahun-tahun, sekarang mereka dapat memetik buahnya. Kembalinya tim-tim tradisonal Italia seperti Juventus, AC Milan dan Napoli sebagai salah satu kekuatan yang disegani di Eropa musim 2011/2012 ini menjadi buktinya. Bila AC Milan dan Napoli sukses menghancurkan Arsenal dan Chelsea di ajang Liga Champion, maka Juventus menjadi satu-satunya klub di Eropa yang belum mencicipi kekalahan.

Juventus, satu-satunya klub di Eropa yang belum terkalahkan.
(source)
Tampaknya perasaan ingin mengembalikan harga diri dan martabat Liga Italia membuat klub-klub di Serie-A menjadi lebih bernafsu dalam mempersiapkan skuadnya. Meski tidak memiliki dana sebanyak tim-tim Inggris, namun tim-tim Italia berhasil mengatasinya dengan memaksimalkan potensi pemain muda yang belum terdengar namanya dan revolusi taktik bermain yang memang menjadi ciri khas Serie-A.

Mungkin terlalu prematur mengatakan era EPL telah habis dan kemudian akan digantikan oleh Serie-A, namun tanda-tanda mengarah kesana sudah mulai terlihat. Jika tidak berbenah diri, Inggris akan kehilangan pamornya sebagai negara dengan Liga paling menarik di dunia.

3 komentar:

  1. sepertinya klub-klub italia yang mempunyai sejarah yang besar kembali menampakkan taringnya di kancah eropa... sebut AC milan dan Napoli. bukan tak mungkin kalau duo italia ini bisa menghancurkan dominasi real madrid dan barca.hehe

    sejak kedatangan Lavezzi ke Napoli pda thun 2007 Napoli menjadi klub yang kuat, dia menjadi nyawanya Napoli. walaupun napoli kalah tetap saja dia main bagus... ehehe
    tak salah kalau banyak fans Napoli yang menyebutnya sebagai sebagai The New Maradona. dan bukan messi. heheeu

    Forza Napoli.... ^_^v

    BalasHapus
  2. Iye tuh, klub-klub inggris lagi pada nge-down. Keliatan banget di UCL, terseok-seok u_u

    BalasHapus
  3. Walau club2 itali sudah menunjukkan taringnya kembali, tetep aja saya setia sama liga inggris U,U
    El Barça, és més que un club

    BalasHapus

Dapat berkomentar menggunakan G+ namun mohon maaf tidak memperbolehkan akun anonim.

Sangat terbuka dengan segala macam komentar, apalagi yang bisa membangun untuk kemajuan blog ini.

Tidak disarankan untuk melakukan copas (copy-paste) terhadap segala tulisan di blog ini karena sewaktu-waktu dapat dilaporkan kepada DMCA Google yang menyebabkan blog si plagiat dapat dihapus dalam kondisi terparah.

Akhir kata, terima kasih sudah berkomentar ^^v

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...