10 Juli 2012

Aku, Juventus dan Komunitas Juventini


Juventus. Yah, klub Serie-A yang musim 2011/2012 lalu baru saja menjuarai Liga Italia ini merupakan tim sepakbola yang sudah saya dukung semenjak zaman sekolah dasar. Saya karbitan? Mungkin benar, mungkin juga tidak. Karena sesungguhnya saya mendukung Juventus pada awalnya tanpa mengetahui satu pun prestasi tim berjuluk 'Si Nyonya Tua' tersebut, saya hanya mendadak suka dengan tim yang bermarkas di kota Turin, Italia ini.


Cinta Pada Pandangan Pertama

Saya masih ingat, ketika zaman sekolah dasar dimana masa-masa membeli poster-poster klub sepakbola untuk dikoleksi menjadi semacam trend di kalangan teman-teman SD saya. Saya memang menyukai bermain sepakbola, namun tidak sampai segitu addict-nya hingga menyukai satu klub. Pada masa itu saya lebih memilih menonton Pokemon, Digimon, Kamen Rider atau malah bermain playstation.

Tapi hari itu, ketika perasaan ingin ikut-ikutan mengoleksi poster pemain maupun klub sepakbola-lah pertemuan pertama saya dengan bianconeri. Adalah poster skuad penuh Juventus (kalau tidak salah musim 2002/2003) yang menjadi pilihan saya. Selain itu, ada insert salah satu pemain Juventus kala itu yang membuat rasa cinta saya terhadap Juventus tumbuh.

Pavel Nedved
Pemain tersebut ialah Pavel Nedved. Legenda Juventus dan tim nasional Ceko tersebut seakan menjadi pemicu kecintaan saya terhadap Juventus. Saya masih ingat, pada saat itu saya sama sekali buta dengan pemain Juventus, hanya tahu tiga pemain, Allesandro Del Piero, Pavel Nedved dan Edgar Davids. Ya, saya pada waktu itu bisa dibilang sebagai fans karbitan Juventus.


Mencintai Dalam Diam

Karena keinginan untuk lebih mendalami dunia sepakbola, saya akhirnya mulai mencoba memainkan game sepakbola. Pada masa itu game sepakbola yang mendunia ialah seri Winning Eleven. Karena sama sekali masih baru dalam dunia sepakbola, saya berguru dengan tetangga yang juga satu SD dengan saya tentang bagaimana memainkan game Winning Eleven tersebut.

Namun ada hal lucu ketika saya belajar memainkan game Winning Eleven. Yang pertama ialah saya diajarkan sambil bermain berdua, bukan saling bertanding, melainkan main Liga dengan menggunakan tim yang sama. Permasalahannya adalah karena saya nubie, tim yang digunakan dipilih orang teman saya tersebut.

Dan tim yang digunakan adalah Inter, hal yang wajar mengingat dia adalah seorang interisti. Jadi selama beberapa bulan saya belajar dan bermain Liga di playstation ialah menggunakan seteru abadi Juventus, Inter Milan.

Hal kedua ialah saya sangat jarang menggunakan Juventus kala bertanding melawan teman. Biasanya saya menggunakan Arsenal atau Dortmund. Strategi andalan sebagai seorang nubie kala menggunakan Arsenal ialah alirkan bola sebanyak-banyaknya pada Henry, sedangkan kala menggunakan Dortmund ialah memainkan Rosicky sebagai playmaker utama dan perbanyak bola-bola atas ke arah Jan Koller.

Meski begitu saya juga pernah memainkan Juventus. Biasanya menggunakan kegigihan Nedved di kiri,  Davids di kanan dan Camoranesi di kanan sambil mencari bola atas untuk dimaksimalkan Trezeguet. Oiya, salah satu kenikmatan menggunakan Juventus ialah duo centre-back-nya kala itu sangat sulit dilewati ; Lilian Thuram dan Paolo Montero.


'Tamparan' Calciopoli

Tahun 2006 bisa dibilang menjadi masa kelam bagi Juventus dan Juventini dimana pun berada. Meski sukses meraih scudetto pada musim itu dan hampir sebagian besar punggawa Juventus sukses mengantarkan timnas Italia menjadi kampiun Piala Dunia 2006, klub kesayangan kami harus menerima kenyataan bahwa Juventus harus turun kasta ke Serie-B akibat keterlibatan dalam kasus pengaturan skor (calciopoli).


Sebagai Juventini saya tentu menjadi korban bully-an empuk bagi teman-teman saya yang lain. Sindiran-sindiran bila terjadi bahasan tentang sepakbola dan klub favorit menjadi kenyataan pahit yang harus saya (dan mungkin Juventini lainnya) alami. Tapi hal itu malah membuat rasa suka dan cinta terhadap Juventus semakin membesar, terlebih setelah melihat ketegasan sang kapten, Allesandro Del Piero untuk bertahan disaat pemain lain memilih pindah karena enggan bermain di Serie-B.

Ada yang semakin dicinta, ada juga yang malah menjadi dibenci. Jika Del Piero, Nedved, Buffon dan Camoranesi menegaskan dirinya bertahan di Turin, pemain lain seperti Ibrahimovic dan Viera malah memilih hengkang. Tidak tanggung-tanggung, kedua pemain Juventus tersebut hijrah ke seteru abadi ; Internazionale. Sejak saat itu, rasa respek terhadap Ibracadabra dan Viera menghilang.

Untungnya kelas Juventus masih terjaga meski dilanda eksodus bintang. Cukup semusim Juve harus mendekam di Serie-B karena Juve langsung promosi ke Serie-A di musim berikutnya. Well, pada masa-masa ini sangat sulit menemukan orang yang mau mengenakan jersey putih-hitam, kebanyakan malah menyindir saya ketika saya memilih mengenakan jersey Juventus. Bahkan kata-kata seorang teman ketika saya di asrama kampus masih membekas di hati.
"2010 masih dukung Juventus? Cupu lu!"
(teman kampus)

Komunitas Juventini

Meski Juventus berhasil promosi di musim pertamanya di Serie-A dan membuat kejutan dengan menjadi runner-up di musim berikutnya, ternyata cobaan terhadap Juventus masih belum berhenti. Prestasi Juventus di musim-musim berikutnya naik-turun di bawah berbagai manajer. Mulai dari Ciro Ferrara, Claudio Ranieri bahkan Luigi Del Neri pun sulit membawa Juventus berprestasi. Alih-alih mengembalikan kejayaan lama, Juventus malah terpuruk di Serie-A dan tidak lolos ke Liga Champion.

Tapi pada musim 2011/2012 dibawah asuhan mantan pemainnya, Antonio Conte dan stadium baru. Juventus sukses merengkuh scudetto untuk pertama kali semenjak promosi dari Serie-B. Gelar scudetto juga terasa lebih nikmat karena dibarengi dengan rekor tak terkalahkan di Serie-A.

Juventus Club Indonesia (JCI)
Selain kejayaan Juventus, pada musim 2011/2012 ini saya juga memutuskan untuk bergabung dengan komunitas Juventini di Indonesia ; Juventus Club Indonesia atau yang disingkat dengan JCI. Berhubung saya pada saat itu berdomisili di Bogor, maka kegiatan nonton bareng Serie-A dan Coppa Italia (yang memang tidak disiarkan TV nasional) dilakukan bersama JCI Bogor.

Puncak kebanggaan menjadi pendukung Juventus ialah kala saya ikut JCI Bogor melakukan konvoi di Bogor sebagai perayaan scudetto yang dimenangkan Juventus.

Saat konvoi bareng JCI Bogor di depan Air Mancur Bogor
Selain kegiatan nonton bareng Juventus, kegiatan menyenangkan yang dilakukan JCI Bogor ialah futsal setiap hari minggu. Well, berhubung tempatnya cukup jauh dan dilakukan pada minggu pagi, jadi saya jarang main futsal bersama JCI Bogor. Hanya beberapa kali, yaitu saat sparring melawan Romanisti Bogor dan ketika fun futsal sebelum Bogor Calcio.


Selain komunitas JCI Bogor, ternyata ada lagi komunitas juventini yang saya ikutin. Komunitas itu ialah JuveIPB, sebuah komunitas tempat berkumpulnya para juventini yang ada di seluruh IPB, baik mahasiswa, staff dan bahkan dosen. Mungkin sebagai permulaan komunitas ini hanya terdiri dari mahasiswa dan beberapa orang alumni, tapi semoga kedepannya komunitas ini bisa menjadi yang terbesar di IPB.

Komunitas ini seperti JCI Bogor 'cabang' IPB. Karena selain kegiatan intern yang dijalankan disekitar kampus, acara seperti nonton bareng juga dilaksanakan bersama JCI Bogor. Acara JuveIPB untuk jangka pendek ialah menjalin kebersamaan antar anggota dengan bermain futsal bersama. Saya sendiri ditunjuk menjadi kadiv nobar dari JuveIPB.

Futsal pertama JuveIPB di Central Futsal, Bogor.
Well, mungkin sampai disitu saja curahan hati saya sebagai seorang pendukung Juventus. Apakah saya masih penggemar karbitan atau sudah menjadi tifosi? Saya tidak suka terlalu membahasnya, namun saya akan tetap mendukung Juventus secara rasional dan tidak buta. Biasanya pendukung 'buta' ialah pendukung yang tidak terima klubnya dijelek-jelekkan meski faktanya seperti itu dengan cara yang sarkastik.

This is me, and let me support my own favourite club with my own way.

Mungkin pola pikir saya dalam mendukung tim seperti itu. Mungkin. Tapi cinta saya kepada Juventus semenjak SD tidak luntur sampai sekarang, meskipun banyak tim-tim yang lebih 'wah' dalam beberapa tahun terakhir ini, seperti Barcelona dan Manchester City. Faktor loyalitas para pemain Juventus menjadi salah satu daya tarik yang membuat saya masih mendukung La Vecchia Signora sampai detik ini.


FORZA JUVE PER SEMPRE !
LA FIDANZATA D'ITALIA !!

9 komentar:

  1. Kalo sudah cinta, apa kata orang laen gak masalah... asal jadi tifosi jangan suka punya 'bacot' besar... suka jijik sendiri dengernya... haha...

    salam respect from : Mas Gemboool

    BalasHapus
  2. kalau gue zaman SD itu AC milan sampe punya jersey dulu maldini. dan makanya gue cinta sama ac milan XD walau bersebrangan kita tetap satu yaitu di serie - A :D heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahaha, jadi inget kalau jersey kedua yang gua punya itu malah jersey Milan yang Baresi, yang pertamanya tetap jersey Juve dengan nama punggung Del Piero.

      Hapus
  3. oh jadi nama sepupu gue pavel itu dari pemaen bola juventus toh ya.. baru tau.. hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Err,, mungkin juga begitu jeng. Coba tanyakan pada orang tuanya, hehehe.

      Hapus
  4. biar bagaimana pun, ac milan adalah klub tersukses di dunia. Il Club Piu Titolato Al Mondo. hanya milan yg memakai badge itu, dan belum ada tim yang bisa menandingi nya :)

    but, sebagai sesama tifosi. forza milan dan juve aja deh :)

    BalasHapus
  5. #30 Thumbs Up for your posts mate. :)
    And Like our Bandiera 'Alessandro Del Piero' said that : 'kita adalah JUVENTUS yang sesungguhnya' :)))
    Berteriaklah dan bernyanyilah untuk JUVENTUS. Tunjukan dukungan dari Hati untuk Juventus, karena sejauh apapun jarak kita dengan Turin Italia maka dukungan dan nyanyian chants dari hati yang akan menyatukan kita. :')

    Fino Alla Morte Forza Juventus

    BalasHapus
  6. hampir sama nih kisahnya kayak gw hehehe..
    bedanya, gw kalo main PES, FIFA, atau Winning pake Juve terus..
    #ForzaJuve

    BalasHapus

Dapat berkomentar menggunakan G+ namun mohon maaf tidak memperbolehkan akun anonim.

Sangat terbuka dengan segala macam komentar, apalagi yang bisa membangun untuk kemajuan blog ini.

Tidak disarankan untuk melakukan copas (copy-paste) terhadap segala tulisan di blog ini karena sewaktu-waktu dapat dilaporkan kepada DMCA Google yang menyebabkan blog si plagiat dapat dihapus dalam kondisi terparah.

Akhir kata, terima kasih sudah berkomentar ^^v

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...