2 Juli 2012

Gelar Eropa dan Rekor Spanyol




Spanyol berhasil menangkat trofi Henri Delauney untuk kedua kalinya, tidak tanggung-tanggung, Spanyol menjadi juara Eropa dengan kemenangan empat gol tanpa balas atas Italia. Pencapaian Spanyol ini juga mematahkan mitos yang mengatakan bahwa tidak ada tim yang bisa mengawinkan dua gelar EURO, sekaligus menjadi tim pertama yang berhasil memenangakan EURO-Piala Dunia-EURO secara berurutan.

Ada banyak faktor yang mendukung La Furia Roja meraih trofi EURO 2012, mulai dari komposisi pemain yang dimiliki, taktik yang digunakan hingga faktor 'keberuntungan' seakan mendukung Spanyol untuk semakin mendominasi peta kekuatan Eropa. Berikut adalah beberapa faktor yang turut serta membawa Spanyol menjadi juara.



NASIONALISME


Spanyol sebenarnya merupakan kekuatan baru di dunia sepakbola. Sebelum menjadi juara di EURO 2008, Spanyol hanya pernah menjadi juara di ajang Piala Eropa 1964. Banyaknya pemain bintang yang ada di skuad tim matador seakan terbuang percuma karena minim pencapaian di level Eropa dan dunia. Adalah Luis Aragones yang merubah wajah tim nasional Spanyol menjadi kekuatan seperti sekarang.

Aragones mengenalkan pola tiki-taka kepada Spanyol, sebuah pola dimana kemampuan passing antar pemain sangat dibutuhkan. Banyak yang mengatakan kalau pola tersebut diilhami dari permainan passing pendek yang diperagakan Barcelona saat itu. Namun sesungguhnya keberhasilan Aragones bukanlah tiki-taka, melainkan menyatukan dua kubu yang 'berselisih' di timnas Spanyol ; kubu Madrid dan Catalan.

Madrid dan Catalan menjadi bukti persaingan di tubuh Spanyol, belum lagi orang Catalan yang ingin memisahkan diri dari Spanyol membuat banyak pelatih sulit menyatukan kedua kubu tersebut. Persaingan Madrid-Catalan juga tersaji di Liga Spanyol antara Real Madrid dan Barcelona. Tetapi semenjak diasuk Aragones para pemain mulai bisa melupakan persaingan antar daerah tersebut dan fokus penuh dibawah bendera La Furia Roja.


FALSE NINE


Kalau Aragones memperkenalkan pola tiki-taka kepada dunia, Vicente Del Bosque sebagai suksesor memperkenalkan pola yang disebut false nine. False nine adalah pola yang memasang gelandang sebagai ujung tombak tanpa adanya striker murni. Pola ini pada awalnya dicibir pengamat sepakbola karena menumpulkan daya serang sebuah tim meskipun unggul dalam hal ball possession.

Tapi Del Bosque tidak peduli dengan tanggapan publik, dibawah arahannya seorang Cesc Fabregas mampu menjadi striker 'bayangan' mumpuni, buktinya pemain Barcelona itu sukses mencetak dua gol. Selain itu, pola false nine juga membingungkan pemain bertahan lawan. Dengan tidak adanya pemain berinsting penyerang yang harus dijaga, para pemain bertahan lawan juga direpotkan dengan pergerakan dengan bola dan tanpa bola lini kedua Spanyol.


FERNANDO TORRES


Pada awalnya banyak yang mencibir keputusan Del Bosque memanggil 'hanya' tiga orang striker ; Alvaro Negredo, Fernando Llorente dan Fernando Torres. Negredo dianggap belum memiliki kapasitas yang cukup untuk diandalkan Spanyol, Llorente memang memiliki musim yang fantastis namun pola permainannya dianggap tidak cocok dengan pola permainan Spanyol, sedangkan Fernando Torres malah mengalami musim yang mengecewakan bersama Chelsea meskipun berhasil menjuarai Liga Champion.

Torres memang tampil mengecewakan bagi Chelsea, namun patut dicatat bahwa El Nino tampil menggila di partai-partai akhir The Blues. Di Piala Eropa 2012 ini ia kembali memperlihatkan pada dunia bahwa ia merupakan pemain spesialis final. Setelah di EURO 2008 ia mencetak gol kemenangan Spanyol atas Jerman, maka pada Piala Eropa 2012 ia kembali mencetak gol yang mematikan peluang Italia untuk menjuarai EURO. Torres pun menutup turnamen dengan torehan tiga gol yang sekaligus mencatatkan namanya menjadi top skorer Piala Eropa 2012.


'KEBERUNTUNGAN'


Taktik Spanyol memang harus diakui mengungguli taktik Italia pada partai final, namun selain itu faktor 'dewi fortuna' juga sedikit-banyak membantu Spanyol menjadi jawara EURO 2012. Cidera yang menimpa Giorgio Chiellini pada awal babak kedua menyulitkan Italia membangun lini bertahan yang ideal untuk menahan gempuran Spanyol. Ditambah lagi Thiago Motta mengalami cidera saat ia baru masuk dan Italia tidak bisa mengganti pemain lagi. Unggul jumlah pemain semakin memudahkan tim Matador dalam meneror gawang Gianluigi Buffon, dua gol pun tercipta dari Fernando Torres dan Juan Mata.

5 komentar:

  1. Gue akui Spanyol emang main bagus, apik bener. Apalagi Silva yang kencengnya bukan main. Pantes dia pake nomer punggung 21 XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksudnya Silva itu Eyeshield21 gitu?

      Hapus
  2. Yuhu~ Tim jagoanku menang. Hehe Tapi memang sih, pertandingan kemarin itu luar biasa didomonasi dengan peluang-peluang Spanyol. Mereka pantas lah menjadi juara. :D

    BalasHapus
  3. Spanyol layak juara, semua pemainnya tampil dalan performa terbaik mereka, apalagi setelah cideranya Chiellini, Italy tampak kebingungan dalam bertahan.

    Selamat buat Spanyol.
    #ForzaItaly ^^v

    BalasHapus
  4. SPAIN !!! and always SPAIIIN !!!!! entah kenapa permainan pirlo gue rasa ga sebagus waktu penyisihan grup C sebelumnya, pirlo ga bagus itali nya pun kebawa. CMIIW.. :)

    BalasHapus

Dapat berkomentar menggunakan G+ namun mohon maaf tidak memperbolehkan akun anonim.

Sangat terbuka dengan segala macam komentar, apalagi yang bisa membangun untuk kemajuan blog ini.

Tidak disarankan untuk melakukan copas (copy-paste) terhadap segala tulisan di blog ini karena sewaktu-waktu dapat dilaporkan kepada DMCA Google yang menyebabkan blog si plagiat dapat dihapus dalam kondisi terparah.

Akhir kata, terima kasih sudah berkomentar ^^v

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...