7 April 2013

Konten Porno di Masyarakat Indonesia

Dibandingkan jaman dahulu, jaman sekarang kasus pelecahan seksual dan penyebaran konten pornografi dan pornoaksi memang dapat dikatakan lebih sering terjadi. Globalisasi yang menjadikan masyarakat sekarang -- terutama anak kecil -- mampu mengakses konten-konten tidak senonoh itu selalu dijadikan alasan beberapa pihak terkait maraknya tindakan pelecehan seksual.

Namun sebenarnya, bukan hanya masalah akses yang mudah menjadi penyebab maraknya kasus pelecehan seksual ini. Ada beberapa faktor lain yang sayangnya terabaikan masyarakat hingga memicu si pelaku untuk melakukan tindakan tersebut.

Semakin familiar-nya internet di masyarakat Indonesia memang berdampak negatis, semisal seseorang, bahkan anak kecil sekalipun mampu mendapatkan informasi apapun yang inginkan dalam waktu yang singkat. Namun hal tersebut juga memungkinkan seseorang untuk mengakses informasi yang tidak pantas atau belum saatnya ia mengetahui informasi tersebut dengan sangat mudah.

Disini sebenarnya peran orang tua (atau siapapun yang lebih dewasa) untuk membimbing para generasi muda bangsa ini agar tidak salah langkah. Namun salah satu kekurangan dari era globalisasi saat ini adalah hubungan seorang anak dengan orang tua lebih mirip hubungan seorang atasan dengan anak buahnya. Dimana orang tua merasa hanya dengan memberikan materi maka si anak harus dapat memenuhi segala ekspetasinya, tanpa pernah membimbing atau ingin mengetahui tentang kehidupan pribadi sang anak.

Orang tua hendaknya selalu memperhatikan anak mereka.
Kebanyakan orang tua pada jaman sekarang seakan yakin dengan pendidikan yang diberikan guru di sekolah, guru les mereka maupun para babysitter. Namun satu hal yang sepertinya dilupakan para orang tua ini adalah, komunikasi antar orang lain dengan sang anak tentu sangat berbeda dengan komunikasi orang tua dan anak. Dengan berkomunikasi secara langsung dan terbuka dengan sang anak, para orang tua dapat membimbing dan mengarahkan sang anak agar dapat menyikapi suatu masalah dengan lebih bijak.

Selain itu pengaruh media di Indonesia juga menjadi salah satu faktor pendukung masyarakat --khususnya anak-anak-- jadi mengenal pornografi. Maraknya pemberitaan di media-media yang memberitakan tentang kasus asusila, pemerkosaan, pelecehan seksual dan sebagainya membuat hal-hal seperti itu tidak lagi menjadi suatu hal yang tabu. Malah, kemungkinan dengan maraknya pemberitaan tentang kasus-kasus seperti itu malah memunculkan rasa penasaran yang memungkinkan seseorang menjadi pelaku kejahatan seperti yang biasa ia saksikan di media.

Meskipun kasus pelecehan seksual semakin marak terjadi dan setiap masyarakat perlu waspada, tapi tidak serta-merta berita tersebut harus dimunculkan di waktu para anak-anak menonton televisi. Dan apabila disiarkan pada waktu-waktu mereka sudah tertidur, peran orang tua untuk mengingatkan dan memberikan bimbingan agar lebih hati-hati menjadi penting. Hal inilah yang menyebabkan komunikasi antara anak dan orang tua sangat penting.
Tidak disarankan untuk membiarkan anak menonton televisi tanpa bimbingan orang tua
Bimbingan dari orang tua yang bisa dibilang sebagai faktor penentu apakah si anak mampu menerima isi berita/informasi yang ia dapatkan secara bijak atau tidak. Besar kemungkinan anak akan menjadi pelaku tindakan kriminal maupun tindakan menyimpang apabila ia kurang/tidak pernah mendapatkan bimbingan orang tua nya sama sekali.

Jadi sekarang siapa yang bersalah akan maraknya penyebaran konten porno di masyarakat? Media yang semakin mengekspos beritanya? Pelaku yang kurang mendapatkan bimbingan dan arahan ketika ia menonton berita/informasi porno? Atau orang tua yang kurang memperhatikan kondisi psikologi anak mereka?


11 komentar:

  1. MSebua kita kembalikan lagi pada diri senidir, ingin masuk ke Zona porno atau terpental dari zona

    BalasHapus
  2. medianya emang salah, dikira anak kecil engga pernah liat berita apa. Gue aja dari kecil udah sering liat berita karna dijejelin bapak, nontonnya berita mulu jadi ikut-ikutan. Suatu ketika gue nonton berita sendirian dan beritanya berbau porno gitu lah yang dulu gue gatau maksudnya berita itu apaan, tapi sekarang gue udah ngerti dan betapa kerennya gue pas kecil udah nonton berita 8)
    Media massa zaman sekarang kurang selektif untuk mengeksposnya, harusnya beritanya yang menambah wawasan positif, kreatif, imajinatif bukan yang berbau negatif terus.

    BalasHapus
  3. ya sekarang orang tua juga harus pinter dan lebih peduli lagi sama anaknya, jangan sampai anaknya salah arah karena orang tua sibuk cari uang. uang emang penting tapi kan masa depan anak lebih penting

    BalasHapus
  4. sebenarnya, anak-anak perlu dikenalkan pula dengan sex education. ini bukan untuk mengajarkan hal2 buruk pd anak, tapi mengajarkan bahwa sex yg buruk (sex diluar nikah, pelacuran, dll) adalah hal yg dapat merusak moral dan nilai dalam masyarakat.
    namun sayangnya di Indonesia memberikan sex education masih termasuk hal tabu, orang tua malah takut anak2 akan terpengaruh dan berbuat senonoh setelah belajar sex edu. malahan kalau sex edu g ada, anak2 yg mulai jadi ABG bakalan cari tau sendiri apa itu sex.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan sekedar pengetahuan tentang sek, wawasan tentang sek, pemahaman tentang sek, yang tercermin melalui sek education., tapi emang udah jamanya kayak gini., jamannya birahi diumbar dimana-mana..! trend wanita memakai pakain sexy., setuju buat sekedar upaya namun mesti lebih mengaitkan dengan aspeklainya agar nantinya sek educ. benar-benar efektif.

      Hapus
  5. Entah itu media penyebar beritanya, orang tua atau orang lain sekalipun semuanya dapat dikatakan bersalah dalam hal penyebaran konten porno ini. Balik lagi aja ke individu masing masing, saling menyalahkan kayanya bukan solusi yang tepat :)

    BalasHapus
  6. hihihi

    cuman kepengen rating gede sampe bikin acara talkshow yg berbau ++ ?
    it's all about money

    BalasHapus
  7. Anak adalah amanah dari Sang Kuasa, , , perlu pendidikan yang berkualitas dan bermutu, berkualitas bukan berarti mahal. .

    BalasHapus
  8. sesuatu hal yang dilarang biasanya semakin menjadi mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maka dari itu buatlah suasana dimana kita menuntut tanpa ada kesan melarang.

      Hapus
  9. Memang tidak disarankan nonton tivi tanpa bimbingan. Nanti hasilnya seperti adikku. Benar-benar wujud nyata dari pemain sinetron.

    BalasHapus

Dapat berkomentar menggunakan G+ namun mohon maaf tidak memperbolehkan akun anonim.

Sangat terbuka dengan segala macam komentar, apalagi yang bisa membangun untuk kemajuan blog ini.

Tidak disarankan untuk melakukan copas (copy-paste) terhadap segala tulisan di blog ini karena sewaktu-waktu dapat dilaporkan kepada DMCA Google yang menyebabkan blog si plagiat dapat dihapus dalam kondisi terparah.

Akhir kata, terima kasih sudah berkomentar ^^v

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...