4 Maret 2014

The Life (Part Five)

Baca sebelumnya :


Story so far ...

"Fred dan beberapa teman-temannya terdampar dalam suatu dunia asing yang bernama Carnagia. Di dunia itu mereka harus bertahan hidup dari serangan makhluk yang bernama liveless, dan cara untuk menghadapi liveless ialah menggunakan kekuatan yang disebut Eve Weapon. Mereka akhirnya sampai di sebuah kota bernama Magnama, dimana disana mereka bisa bertemu dengan sembilan Saint yang bisa memulangkan mereka kembali ke dunia asalnya. Namun para Saint hanya memiliki kekuatan untuk mengembalikan dua orang dari mereka ke dunia manusia. Di saat mereka masih memikirkan apakah ingin kembali ke dunia manusia atau tidak, kota Magnama telah diserang oleh sekumpulan liveless."

**


  "Fred! Dre! Bawa tentara utama Magnama untuk menjaga sisi tengah! T.K! Jaga serangan dari pintu barat! Andrew! Jaga serangan dari pintu timur! Jangan biarkan para liveless rendah itu mencemari daerah terdalam Magnama!" Seru Arghana ketika mereka keluar dari kastil Magnama.

  "Daisy? Apa yang kau lakukan disini? Ini medan perang for god sake!" ujar Dre pada Daisy yang keluar bersama mereka.
  "Tapi sudah ku katakan kan? Aku ingin membantu kalian." ujar Daisy.
  "Aku tahu keinginan mu baik manusia, atau harus kusebut Daisy? Tapi ini adalah medan perang, nyawa kita dan orang lain menjadi taruhannya disini." Arghana juga berusaha untuk menjauhkan Daisy dari daerah perang.

  "Tapi ......"
  "Baiklah kalau begitu, seperti yang sudah ku katakan. Kau boleh membantu penduduk Magnama ke tempat perlindungan yang berada di bagian terdalam kastil Magnama. Ingat! Kau hanya membantu mereka berlindung, bukan ikut bertempur." bujuk Arghana.
  "Baiklah, tapi kalian berhati-hati." ujar Daisy cemas.
  "Tenang saja, meskipun ini perang pertama bagiku, tapi aku punya Eve Weapon ini." sahut Dre.
  "Dan juga Dre..... Umm ..... Tolong jaga Fred." ujar Daisy.

Dre hanya tersenyum mendengar ucapan Daisy. "Tenang saja, sudah kubilang kan? Aku akan mengembalikan Fred lama yang ku ingat, kalau dia tewas dalam perang ini bagaimana cara aku menepati janjiku sendiri?" jawab Dre santai.

Arghana dan Dre kemudian meninggalkan Daisy untuk menyusul Fred yang sudah lebih dulu ke sisi tengah kota Magnama.

  "Apa semua manusia selalu seperti itu? Mereka yang kalian sebut sebagai perempuan itu selalu mengkhawatirakan si keras kepala Fred?" tanya Arghana pada Dre.
  "Maksudmu?"
  "Ah sudah, abaikan saja. Aku akan bertanya panjang-lebar padamu kalau kau bisa selamat dari perang ini manusia." timpal Arghana.

Pertanyaan Arghana masih terngiang di kepala Dre, namun ia sudah tidak terlalu memikirkannya sekarang, tidak setelah ia melihat apa yang terjadi di depan matanya sendiri.

  "Ini ...... Jadi ini ...... Inikah perang?" tatap Dre tak percaya.
  "AWAS MANUSIA!!" teriak Arghana yang lebih mirip seperti lolongan serigala.


Ada satu liveless yang menerjang ke arah Dre, ia siap memenggal leher Dre dengan tangannya yang mirip sebuah belati. Namun bersamaan dengan teriakannya Arghana berhasil menebas liveless tersebut terlebih dahulu. Liveless yang akan menyerang Dre terbelah dua, dan Dre masih terlihat kaget dengan pemandangan yang ia lihat barusan.

  "Kau terkejut manusia? Inilah perang. Bukankah ketika pertama kali mengaktifkan Eve Weapon mu kau sudah membunuh liveless? Ini perang, membunuh atau terbunuh." jawab Arghana dingin.
  "B..B..Baik." jawab Dre terbata.


. . . . . . . . . . . . . . . .


  "Sekarang tinggal aku sendiri disini, baiklah! Aku akan melakukan yang terbaik yang bisa kulakukan!" ujar Daisy.

  "Daisy? Itukah kau?" sosok manusia perlahan muncul dari belakangnya.

  "Huh? Eugene? Apa yang kau lakukan disini? Bukankah kalian harus segera berlindung ke tempat perlindungan? Dimana juga Terry, Gina dan Irine?" tanya Daisy.
  "Mereka ... aman. At least now. Kamu sendiri bagaimana? Kau ingin ikut berperang? Jangan-jangan .... kau sudah bisa menggunakan senjata itu .... Eve Weapon bukan?" tanya Eugene cemas.

  Daisy hanya menggeleng "tidak, aku belum bisa mengaktifkan Eve Weapon ku seperti Fred, Dre, T.K atau Andrew. Aku hanya melakukan apa yang aku bisa lakukan untuk membantu."

  "Tapi ini kan medan perang? Nyawa kita menjadi taruhan. Kita ini manusia biasa Daisy, kita juga bukan tentara." Eugene berusaha membujuk Daisy.

  "Memang benar kita sekarang hanya manusia biasa, namun seperti kata Fred, kita memiliki kemampuan untuk menggunakan Eve Weapon. Meski sekarang belum bisa sih. Tapi lebih baik membantu daripada hanya diam meminta pertolongan." jawab Daisy ringan.

  "Tapi Daisy ... bukankah lebih baik menyerahkan kepada mereka yang bisa bertempur. Lagipula kita tak harus bertempur kan? Kita bisa kembali ke dunia kita." jawab Eugene.

  "Eugene, kau lupa? Hanya dua orang dari kita yang bisa kembali. Aku juga telah menetapkan hati untuk tetap disini, membantu dunia ini menyelesaikan masalahnya. Membantu Fred."
  "But even so ....." ujar Eugene.

  "Haaaaah." Daisy. "Tidak ada gunanya kita berpikiran ini-itu Eugene. Kalau mereka tidak berhasil menahan serangan ini apa jadinya kita? Kemungkinan besar kita juga akan mereka bunuh, kalaupun kita berhasil menyelamatkan diri, bagaiman dengan para Saint? Kalau mereka terbunuh kita juga kehilangan kesempatan untuk kembali ke dunia kita. Aku sendiri berpikiran kita harus membantu mereka yang berperang in any way possible, sekalipun itu cuma menolong mereka yang tak bisa bertempur ke tempat perlindungan, setidaknya itu meringankan beban pikiran mereka yang sedang bertempur diluar sana."

  "Daisy .... kau sungguh hebat." puji Eugene.
  "Eh?" pipi Daisy tanpa sadar memerah.

  "Kau tahu? Irine masih depresi karena serangan ini memupuskan harapan kita, tidak, harapannya untuk kembali. Tapi kau? Alih-alih terpukul, kau malah berpikiran untuk membantu dunia ini sebelum kembali ke dunia kita. Kau orang yang  pantas untuk dikagumi." ujar Eugene.

  "Gina dan Terry sekarang pasti sedang berusaha menenangkan Irine, jadi mereka tak mungkin bisa membantu kita sekarang. Lagipula .... siapa tahu secara ajaib aku bisa mengaktifkan Eve Weapon ku kan? Berdua lebih baik daripada sendiri." ujar Eugene sembari tersenyum.

  "Eugene ... kau." ujar Daisy kesulitan mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata.

  "Jangan banyak pikir, seperti katamu tadi. Kita harus membantu mereka yang sedang berperang in any way possible." ujar Eugene sembari memegang tangan Daisy.
  "Ya! Kau benar Eugene." jawab Daisy sembari tersenyum.


. . . . . . . . . . . . . . . .


Sementara di gerbang barat, tentara liveless yang menyerang tampak kesulitan menembus pertahanan tentara Magnama. Selain karena organisasi tentara Magnama yang baik, sosok T.K yang menggunakan Eve Weapon menjadi pembeda kedua kubu di gerbang barat.

  "HAHAHAHAHAHA ..... INIKAH KEKUATAN TENTARA DARI ORANG YANG MEREKA SEBUT SEBAGAI GAIA ITU? LEMAH! LEMAH! LEMAAAAAH!" teriakan T.K tak hanya membuat lawan gentar, namun tentara Magnama juga enggan mendekatinya.

T.K membabat habis semua yang berada di dekatnya. Eve Weapon nya yang berbentuk kapak tak menemui kesulitan berarti untuk menghabisi liveless yang menyerangnya. Bahkan sesungguhnya tentara liveless tersebut sulit menimbulkan luka pada T.K yang terlihat menikmati 'waktunya' membantai para liveless.

  "Jadi ternyata di Magnama masih ada petarung handal selain di kulit bulu Arghana. Moreover dia pengguna Eve Weapon juga?" sosok berjubah datang dari belakang tentara liveless.

  "Siapa kau? Another weakling? Maaf, tapi tak lama lagi kau akan merasakan kekuatan Perun milikku." ujar T.K pada sosok tak dikenal tersebut.

  "Ck ck ck .... vulgar sekali manusia ini. Meskipun kau manusia, namun tindakanmu ini bisa merusak rencana tuan Gaia. Aku tak memiliki pilihan lain selain harus membunuhmu dulu, bukan?" ujar sosok misterius tersebut dengan tenang.

  "Humph! Gaya bicaramu yang menyebalkan tidak akan ku dengar lagi ketika Perun sudah mencabik dirimu!" teriak T.K.
  "We'll see about that, mister human!" sosok misterius itu pun menyerang T.K.


. . . . . . . . . . . . . . . .


Di gerbang timur, Andrew berhasil memukul mundur tentara liveless yang menyerang. Andrew juga berhasil memindahkan penduduk yang berada di gerbang barang menuju kastil utama Magnama agar mendapatkan perlindungan.

  "Aku harus segera membereskan serangan liveless ini, agar aku bisa membantu semuanya. Agar aku bisa membantu T.K! Veles, berikan aku kekuatan!" ujar Andrew dalam hati.


. . . . . . . . . . . . . . . .


Di sisi tengah Fred sendirian menembus barisan liveless yang berusaha menyerangnya. Meskipun terlihat gegabah, namun pergerakan Fred begitu mantap hingga ia terlihat tak membutuhkan bantuan dari tentara Magnama.

Fred segera menggunakan Eve Weapon nya untuk menyabet liveless yang ada di hadapannya. Ada satu liveless berusaha menyerangnya dari sisi kiri menggunakan serangan horizontal ke arah lehernya, namun dengan sigap Fred menunduk dan berhasil melayangkan serangan vertikal ke atas yang membelah si liveless menjadi dua bagian.

Tidak cukup sampai disitu, ia segera memutar gagang pedangnya dan melayangkan serangan horizontal sembari membalikkan badan. Hasilnya ia berhasil memenggal dua liveless yang baru akan menyerangnya.

Karena serangan jarak dekat tak mempan terhadap Fred, beberapa liveless berbaris di depannya dan mengumpulkan tenaga aneh melalui mulut mereka. Fred yang sadar akan serangan itu langsung berlari ke samping untuk menghindari serangan para liveless yang seperti cairan.

  "Masih menggunakan taktik yang sama heh, makhluk-makhluk kotor!" ujar Fred sembari menguatkan pegangan tangan pada pedangnya yang membuat pedangnya bercahaya merah.

  "SCATTER! MURAMASA!!" teriak Fred diiringi mengayunkan pedangnya yang menyebabkan cahaya pedangnya menyerang dan membelah para liveless.


Setelah serangan itu para liveless terlihat takut untuk mendekati Fred. Namun ada satu liveless yang berlari dan melompat untuk menerjangnya. Fred menyadari serangan liveless tersebut dan bersiap untuk menyambut serangannya.


  "SCREAM! THANATOS!!!"

Sebuah teriakan familiar terdengar diiringi sebuah shockwave yang menghancurkan liveless tersebut.

Fred melihat kebelakangnya dengan tatapan tidak percaya. Ini melihat Arghana dan Dre berlari ke arahnya.


  "Dre?" tanya Fred begitu mereka bertiga saling menjaga punggung satu sama lain.
  "Ya? Kenapa sobat? Terkejut dengan serangan barusan?" jawab Dre santai.
  "Kau bisa menggunakan Channeling? Sejak kapan?" tanya Fred.
  "Humph, rekanmu kali ini begitu menarik Fred. Aku hanya menjelaskannya dasar-dasar, tapi siapa sangka dia bisa menggunakan Channeling secepat ini." ujar Arghana sambil tersenyum.

  "Aku tidak begitu mengerti dengan this whole Channeling thing. Tapi yang ku tahu ini bisa membantuku dalam pertempuran. Lagipula, mekanismenya ternyata gampang." jawab Dre ringan.

  "Gampang .... katamu?" ujar Fred dengan nada tak percaya.

 "Hehehe." Arghana tertawa kecil.
  "Hei Dre, hal yang kau bilang gampang barusan, seorang Fred butuh lebih dari sebulan untuk melakukannya disaat pertama ia sampai di dunia ini." jawab Arghana santai.
  "Really?" kali ini Dre yang tak percaya.

Mendengar respon Dre, Arghana hanya tergelak dan Fred diam sembari bergumam kata-kata hinaan terhadap Arghana.

  "Well, lamanya seseorang menguasai Channeling tidak menjadi masalah, apalagi dalam kondisi perang seperti sekarang. Seharusnya kau senang Fred, dengan ini kekuatan kita menjadi bertambah, kita bertiga tak terkalahkan!" ujar Arghana optimis.

Tiba-tiba terdengar sebuah tepuk tangan dari balik tentara liveless.

  "Memang benar, dua pengguna Eve Weapon yang bisa melakukan Channeling dan salah satu prajurit terbaik Cultio akan sulit dikalahkan anak-anak lucu ini."

Seiring tepuk tangan kecil dan kata-kata tersebut, para liveless kemudian membuka ruang layaknya para pesuruh yang mempersilahkan tuan mereka untuk lewat.

  "Tapi ........ apakah kekuatan kalian sanggup untuk menghadapi ku?"

Sosok yang keluar dari balik kerumunan liveless itu menggunakan baju zirah yang tebal, wajahnya juga ditutupi dengan helm sehingga wajah aslinya sulit dilihat. Ia menggunakan senjata berbentuk GreatSword dengan santainya dibawa dengan satu tangan saja.
 


  "Jadi benar .... kau sudah kembali .... makhluk rendah." ujar Fred dengan tangan gemetaran.
  "Ohohoho .... kita bertemu lagi Fred Cornwell. Bagaimana kabarmu setelah tiga ratus tahun?" sosok berbaju zirah itu tampak tenang.
  "Tiga ratus tahun? Aku tak tahu kalau makhluk busuk sepertimu masih bisa hidup selama itu." ujar Fred datar.
  "My my .. kau terlalu memujiku Fred Cornwell. Apakabar teman-temanmu? Ku lihat mereka tidak ada lagi bersamamu." sosok berbaju zirah itu masih membalas perkataan Fred dengan tenang.
  "Teman? Heh, how nice makhluk seperti mu bisa mengucapkan kata tersebut." Fred semakin menguatkan pegangan tanganya pada pedangnya.
  "Ahahaha, tentu saja bisa. Itu bukan kata yang sulit. Tapi bukankan makna dari kata tersebut lebih sulit dari kelihatannya? Bukankah dengan menyebutkan kata tersebut kalian, para manusia harus saling membantu satu sama lain?"


  "Fred, jangan dengarkan ocehannya! Kau harus fokus! Atau aliran mana-mu jadi tak beraturan!" kata Arghana.
  "Fred? Kau kenal dia?" tanya Dre.

  "Kenal? Ahahaha, manusia baru yang kau bawa ini begitu menarik Fred. Bagaimana mungkin seorang Fred melupakan ku? Aku, yang sudah memberinya hal indah bernama 'emosi'" jawab ringan sosok berbaju zirah.

  "Emosi? Hahahahaha ... Kau bercanda? Kau? Memberiku emosi?" tawa Fred

  "Kali ini kau tertawa untuk menyembunyikan amarahmu? How cute." sosok berbaju zirah itu masih terlihat santai.

  "Fred, Dre, ini tidak begitu bagus. Lebih baik gunakan Channeling kalian untuk mengalihkan perhatiannya dan kita mundur sementara. Lebih baik menyerangnya dengan seluruh tentara kita daripada hanya bertiga." saran Arghana.

  "Memangnya dia siapa?" tanya Dre.

  "Jadi sekarang kau menyarankan untuk mundur tuan Arghana? Itu tidak baik bagi image Fred kau tahu? Apalagi dia harus selalu terlihat keren, kita tidak tahu apakah Wynn sedang melihat kita atau tidak." jawab sosok berbaju zirah dengan santai.

Setelah sosok berbaju zirah tersebut selesai mengucapkan kata-katanya, tiba-tiba Fred menerjang ke arahnya dengan katana yang sudah bermandikan cahaya merah.

  "KAU TAHU APA SOAL WYNN!!! YOU GODDAMMED GAIAAAAAA" teriak Fred diliputi cahaya merah terang.






........ ( bersambung )

17 komentar:

  1. Eeenggg... Apa ya.. Emmm.. Nice post, gan. (._.")9

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak ngerti ya mas? Baca dari chapter pertama atuh :) #maunya

      Hapus
    2. Aku maunya kamu bacain buat aku mz.. (.__.")/

      Hapus
    3. Kok jadi serem ya mz (.__.")/

      Hapus
  2. Ini sekuel cerbung terlama masa tenggangnya yang pernah aku tahu, Bang. :P
    Oya, typo di paragraf pertama, aku kira terdamprat, ternyata terdampar ya :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maafkan daku Basith ( ;3;)//
      Semua ini akibat keterbatasan dalam memperoleh koneksi internet #halah

      Ohiya, sankyuu buat koreksinya :))
      *brb benerin*

      Hapus
  3. Sebenernya sih dari dulu ampe sekarang masih baca ampe part 3, mz :|

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayoo lanjutkan atuh mz Bowo #loh #malahmaksa

      Hapus
  4. *liat part 4* biar inget lagi cerita kemarin dan.... busyet kemarin gua baca panjang juga ya.
    Mungkin karna kelamaan vakum jadi gua yg pembaca belum dapet lagi serunya, masih terasa biasa. Dan lagi gua lupa karakternya siapa aja, paling lemah buat inget karakter ( ._.)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya mz. Rata-rata juga jadi "lupa" karena kelamaan hiatus ini seri ( .___.)

      Hapus
    2. tetep semangat mz. semangat laptop baru '-')9

      Hapus
  5. Hay :) pembaca baru di sini :3

    Pas bagian "wajahnya juga ditutupi dengan helm" agak gimana gitu >.< kayaknya lebih kena menegangkannya kalau diganti "wajahnya juga ditutupi penutup kepala dari baja" misalnya XD #edisisoktau #maapkeun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hay, semoga betah 'jalan-jalan' di blog ini :3

      Oh gitu, terima kasih atas sarannya Amanda :)

      Hapus
  6. keren abis tuh, semut di samping kiri atas!

    BalasHapus
  7. salam kenal sob, nice postingannya :)

    BalasHapus

Dapat berkomentar menggunakan G+ namun mohon maaf tidak memperbolehkan akun anonim.

Sangat terbuka dengan segala macam komentar, apalagi yang bisa membangun untuk kemajuan blog ini.

Tidak disarankan untuk melakukan copas (copy-paste) terhadap segala tulisan di blog ini karena sewaktu-waktu dapat dilaporkan kepada DMCA Google yang menyebabkan blog si plagiat dapat dihapus dalam kondisi terparah.

Akhir kata, terima kasih sudah berkomentar ^^v

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...