11 Februari 2017

Lola Zieta dan Pengguna Facebook Indonesia yang 'Kaku'


Lola Zieta adalah cosplayer dari Yogyakarta yang merupakan satu-satunya perwakilan asal Indonesia pada perhelatan Cosplay Competition Night di event Tokyo Game Show, Jepang 2016 lalu ini dalam beberapa hari terakhir menjadi buah bibir pengguna facebook Indonesia, khususnya mereka yang memiliki hobi atau gemar mengikuti berita Jepang-jepangan Indonesia.

Hal yang bisa disebut dikarenakan 'drama facebook' yang bermula saat akun fanpage facebook milik Lola mengunggah foto cosplay 'berani' dari karakter Mikasa Ackerman/Carla Radames. Foto tersebut selain memicu perdebatan antara mereka yang pro dengan mereka yang kontra, juga semakin menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna facebook di Indonesia masih 'kaku'.

Kenapa saya tuliskan 'Mikasa Ackerman/Carla Radames'? Karena Lola menggunakan caption bertuliskan 'bukan merk bola volley ...", dimana Mikasa juga merupakan nama merk produsen bola voli, mungkin akibat banyaknya komentar pedas yang bermunculan akibat 'penistaan waifu*1', munculah komentar 'penenang' bahwa karakter tersebut adalah Carla Radames (Resident Evil) yang memang kostumnya seperti itu.

*waifu; wife, karena orang asli Jepang tidak bisa langsung bilang 'wife', melainkan mereka menyebutnya "waifu". Bagi penggemar anime/manga Jepang waifu bisa disamakan dengan karakter wanita (sosok istri) idaman.



Terlepas dari karakter apa yang diperankan Lola dalam foto tersebut, hal ini semakin menegaskan bahwa sebagian besar pengguna facebook di Indonesia masih 'kaku' dalam menanggapi hal apapun yang muncul pada beranda mereka.

Menjadi cosplayer saat ini memang tidak sulit, yang sulit adalah menjadi cosplayer yang bisa lepas dari image 'jelek' yang ada pada sebagian besar penikmat Jejepangan (dan orang awam, tentunya) di Indonesia. Para 'penikmat' ini mayoritas adalah mereka yang masih duduk di bangku sekolah yang menggemari budaya pop culture Jepang semisal anime dan game, selain itu, secara tidak sadar (atau mungkin, sadar?) mereka memiliki asumsi bahwa segala yang berasal dari Jepang adalah sesuatu yang bagus.


Pola pikir ini berujung pada pendapat bahwa cosplayer asal Indonesia tidak ada yang bisa menghasilkan karya sebagus cosplayer luar negeri (apalagi Jepang, atau setidaknya 'berwajah Jepang'). Hal yang berasal dari pengetahuan mereka akan beberapa foto cosplayer internasional yang telah populer dengan cosplayer asal Indonesia yang notabene teman-teman atau termasuk dalam circle mereka.

Padahal untuk menghasilkan sebuah foto cosplay yang bagus diperlukan beberapa kemampuan yang harus dimiliki terlebih dahulu, hal yang mana tidak dimiliki oleh teman cosplayer para mayoritas pengguna facebook yang 'kaku' ini. Semisal, mereka tidak memiliki koneksi terhadap fotografer dan editor foto cosplay yang berkualitas atau memang mereka sebatas ingin memerankan karakter favorit mereka, dalam kata lain, just for fun.

Lalu apa hubungannya dengan Lola Zieta dan cosplay Mikasa/Carla-nya?



Tidak familiar mungkin menjadi alasan paling masuk akal dari segala drama facebook tentang foto 'berani' tersebut.

Mengutip ucapan Kobayashi dari anime "Kobayashi-san Chi no Maid Dragon", "manusia takut akan mereka yang berbeda dengannya". Ya, berbeda. Foto 'lowcost' Lola adalah hal tidak biasa yang muncul pada beranda facebook mereka. Dimana mereka biasa melihat foto cosplayer lokal (lokal dalam artian masih sekitaran kenalan mereka yang 'sekedar ingin cosplay') dengan foto cosplay standar (selfie dan semacamnya), tiba-tiba disuguhkan foto cosplay yang 'berani'.

Cara mendapatkan pujian yang 'diharapkan' tentu dengan menampilkan cosplay 'normal' alias sesuai dengan karakter dari karakter yang mereka perankan, baik dalam versi anime maupun manga, versi doujin*2 sendiri mungkin hanya bisa 'diterima' oleh sebagian pihak. Hal tersebut mungkin yang dipikirkan mereka yang "tidak ingin terkenal tapi ingin diakui". Namun apakah hal tersebut sama dengan mereka yang ingin terkenal secara 'instan'?

*doujin: istilah Jepang untuk kelompok dengan kesamaan minat, aktivitas, hobi, atau prestasi. Mirip dengan istilah indie dalam dunia musik. Biasanya doujin berupa fanfict maupun fanart dari seri terkenal.

Tentu membuat kehebohan adalah salah satu jalan pintasnya, dan sosial media dengan banyaknya orang 'polos' adalah jalan paling efektif untuk melakukannya.

Karena sistem facebook dan beberapa media sosial lainnya sekarang adalah menampilkan post dengan aktivitas terbanyak ketimbang post yang 'sepi'. Karena itulah, membuat suatu kontroversi menjadi jalan pintas bagi mereka yang ingin segera dikenal banyak orang. Dengan banyaknya keyboard warrior di media sosial semakin mempermudah mereka yang ingin terkenal. Dengan kata lain, para netizen yang berkomentar panjang-lebar tersebut yang menjadikan sosok seseorang menjadi terkenal (atau setidaknya, dikenal banyak orang).


Karena semakin banyaknya aktivitas dalam post yang sedang dibahas --baik itu negatif maupun positif-- akan membuat si pembuat post makin terkenal, mungkin terkenal diluar perkiraan mereka apabila banyak yang melalukan share/re-share yang menjadikan orang yang akan melihat post menjadi semakin banyak dan luas. Dalam kasus Lola, semakin populernya dirinya akibat 'drama' ini dapat membuka pintu koneksi ke beberapa cosplayer kondang, fotografer bahkan mungkin EO.

Komentar negatif mungkin bisa mempengaruhi mereka yang 'tidak sengaja' menciptakan drama facebook, hal ini karena si pembuat drama sendiri tidak menyadari resiko dari drama yang akan dia buat. Sedangkan pada kasus Mikasa/Carla ini dapat diasumsikan bahwa Lola sendiri telah paham resiko yang akan ia terima saat mengunggah foto tersebut, dan biasanya melakukan bashing pada orang yang sudah siap akan segala resiko tersebut hanya akan membuat si 'pembuat drama' semakin populer (dalam hal ini, Lola) dan semakin dekat dengan tujuannya yaitu menjadi terkenal. Para keyboard warrior pada akhirnya hanya menjadi komponen yang membuat mereka terkenal tanpa (mungkin) didengarkan secara serius komentarnya.


Pengguna facebook di Indonesia, khususnya mereka yang menggemari Jejepangan masih dapat dikatakan 'kaku' karena apapun yang muncul di beranda mereka, seakan menggoda mereka untuk berkomentar yang berujung pada 'perang komentar' yang pada akhirnya malah membuat si pembuat post semakin terkenal, dan kemungkinan paling buruk (atau lucu?) adalah saat mereka malah komplain sendiri kenapa post yang mereka 'tidak sukai' tersebut terus muncul di beranda mereka.

Masih 'kaku', karena mereka selalu membandingkan dengan apa yang dekat dengan mereka, misal membandingkan hasil foto orang yang telah melalui sesi photosession dan editing sana-sini bersama fotografer dan editor profesional dengan hasil foto 'sekadarnya' alias foto kualitas HP sewaktu event atau sebatas selfie. Karena kualitas foto hasil photosession dan editing dengan kamera HP tentu tidak bisa dibandingkan.

Terakhir, berikut adalah beberapa alasan dari mereka yang pro dan kontra tentang foto Mikasa/Carla milik Lola yang beberapa hari terakhir menjadi buah bibir di media sosial facebook, setidaknya bagi mereka yang memiliki teman penikmat Jejepangan.

Pro:
  • Itu facebook pribadi dia, ngapain lu yang sewot?
  • Cosplay just for fun, ngapain mikirin orang.
  • Itu cosplay Carla Radames, dan kostumnya emang begitu.
Kontra:
  • Tidak sesuai dengan budaya timur.
  • Merusak image waifu gue Mikasa.
  • Kalau hasil photosession bolehlah, lah ini selfie?


Jadi, apakah kalian termasuk orang yang pro atau kontra terkait apa yang dilakukan Lola? Dan apakah kalian termasuk pengguna facebook yang 'kaku' seperti yang saya jabarkan diatas? Atau kalian punya pendapat lain tentang tindakan Lola Zieta ini maupun tentang definisi 'kaku' yang jadi bahasan?

9 komentar:

  1. Makeupnya bagua banget hanjeeeeer
    Banyak amat om tanda kutipnya wkwkwkwk
    Gak cuma di facebook/sosmed aja sih, nyatanya emang di tv juga banyak yg bikin drama biar jadi terkenal kok.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari segi make-up sama pose pas foto sih daku bilang wajar doi bisa jadi wakil Indonesia di TGS tahun lalu.
      Banyaknya tanda kutip biar rangorang paham kalau itu bisa multi-arti, daku nda mau seenaknya dibilang mengarahkan opini (eh ini termasuk mengarahkan opini bukan?).

      Nahiya, selama drama itu bisa jadi bikin terkenal karena banyak rangorang 'polos' yang bakalan tetap subur budaya 'drama tanah air' ini. #naonRid

      Hapus
  2. pepatah bilang rangorang facebook itu belum menjalani 3 hal:
    -mainnya kurang jauh
    -kopinya kurang pahit
    -tidurnya kurang malem

    BalasHapus
  3. Ada ig nya ga? Mau kepo #apa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba perhatikan dengan seksama pict. pertama.

      Hapus
  4. Wadaw. Gue baca2 ternyata yang dimaksud kaku disini luas banget ya. Gue kira kaku karena kostumnya tidak sesuai sama budaya indo aja gitu, ternyata cakupannya luas. Hmmm... follow ig-nya ah. *lho*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gue pun semacam tydac sadar kalau cakupannya jadi luas gitu, hahaha.

      You're welcome Yog ^^ *loh*

      Hapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Dapat berkomentar menggunakan G+ namun mohon maaf tidak memperbolehkan akun anonim.

Sangat terbuka dengan segala macam komentar, apalagi yang bisa membangun untuk kemajuan blog ini.

Tidak disarankan untuk melakukan copas (copy-paste) terhadap segala tulisan di blog ini karena sewaktu-waktu dapat dilaporkan kepada DMCA Google yang menyebabkan blog si plagiat dapat dihapus dalam kondisi terparah.

Akhir kata, terima kasih sudah berkomentar ^^v

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...