15 Mei 2016

Juventus 2015-2016 [Season Review]


Sempat dibilang bakal gagal mempertahankan gelar Serie-A mereka karena rentetan hasil buruk pada awal musim, La Fidanzata d'Italia akhirnya berhasil mengukuhkan diri sebagai yang terbaik di Italia saat memastikan gelar scudetto kelima secara berturut-turut mereka pada giornata 35.

Pasca ditinggal tiga pemain kunci macam Andrea Pirlo, Arturo Vidal dan Carlos Tevez, Juventus memang mengalami kesulitan dalam mengawali Serie-A musim 2015/2016, namun perlahan, dengan pengalaman pemain senior macam Gianluigi Buffon dan Claudio Marchisio serta penampilan apik para rekrutan baru, Juventus membuktikan bahwa mereka masih bisa mendominasi Italia.


Best Goal-keeper and Player
Gianluigi Buffon


Selama 15 tahun berseragam hitam-putih Juventus, mungkin musim 2015/2016 kali inilah bisa kita mengatakan kalau sang Superman tengah menjalani karir terbaik sepakbola profesionalnya. Memecahkan rekor Serie-A sebagai kiper dengan menit tanpa kebobolan terlama secara beruntun selama 974 menit milik Sebastiano Rossi (929 menit), ia juga melampaui rekor Dino Zoff sebagai pemegang rekor clean sheet beruntun dengan torehan 10 pertandingan (rekor Zoff hanya 9 pertandingan clean sheet beruntun).

Tak hanya dari penampilan diatas lapangan, sosok Buffon saat berada diluar lapangan juga berperan penting dalam sukses Juventus musim ini. Sebagai contoh, lihatlah komentar sang skipper saat timnya dikalahkan Sassuolo. Komentar Buffon mampu menjadi pelecut bagi koleganya agar tampil lebih trengginas.

2nd place: Neto


Best Defender
Leonardo Bonucci


Bonucci bersaing ketat dengan Andrea Barzagli untuk posisi pemain bertahan terbaik, namun Leo Bonucci akhirnya saya pilih karena berbagai hal. Keduanya sama-sama dapat diandalkan dalam menggalang lini pertahanan, namun bila Barzagli lebih bagus dalam hal meredam gempuran lawan, Bonucci punya nilai plus dalam kemampuannya menjadi deep-lying-playmaker dadakan.

Bila lini tengah Juventus mengalami pressing ketat dari lawan, tak jarang Bonucci muncul dan mengambil alih peran sebagai distributor bola ke lini depan. Bonucci juga memiliki peran krusial dalam langkah Juventus menjadi juara saat berhasil mengubah arah bola crossing Elseid Hysaj pada Gonzalo Higuain. Intercept Bonucci saat itu menjadi penentu --selain gol Simone Zaza-- hasil 1-0 bagi Juventus saat mengkudeta puncak klasemen dari Napoli.

2nd place: Andrea Barzagli
3rd place: Stephan Lichsteiner


Best Midfielder
Claudio Marchisio


Paul Pogba mungkin menjadi pusat perhatian Juventus, namun peran Claudio Marchisio lah yang sebenarnya lebih dibutuhkan Juventus. Kontribusi pangeran Turin memang tak se-glamor Pogba, namun Marchisio mampu memberikan kestabilan di lini tengah Juvetus yang saat ini masih sulit rasanya digantikan pemain lainnya.

Peran Marchisio begitu vital, mengingat setiap kali Ill Principino bermain musim ini, Juventus belum pernah merasakan kekalahan selama waktu normal. Maka dari itu, cidera yang dialaminya saat Juventus melawan Palermo tak hanya memberikan pukulan telak bagi Juventus, namun juga timnas Italia karena membuatnya tak bisa ikut serta dalam gelaran EURO 2016.

2nd place: Paul Pogba
3rd place: Sami Khedira


Best Forward, Best Transfer
 and Best Young Player
Paulo Dybala


Fenomenal! Kata tersebut menjadi perwujudkan performa Paulo Dybala di musim pertamanya berseragam bianconeri. Sempat dikritik karena dianggap overprice dan jarang tampil bersama skuat utama pada awal musim, La Joya menjawabnya dengan torehan gol, assist dan permainan cantik.

Mewarisi nomor punggung 21 milik Pirlo, Dybala seakan mendapatkan 'unsur magis' sang maestro. Dari jumlah torehan gol saja, ia berhasil membuat publik JStadium melupakan sosok Carlos Tevez yang begitu mereka sayangkan kepergiannya musim ini. Dybala --selain Pogba-- juga memiliki kemampuan untuk mengubah hasil pertandingan seorang diri.

2nd place: Mario Mandzukic
3rd place: Alvaro Morata

Best Match
Juventus 1-0 Napoli


Juventus harus menunggu sampai giornata 25 untuk akhirnya bisa merasakan posisi capolista, lebih baik lagi, posisi tersebut langsung direbut dari capolista saat itu; Napoli. Modal 14 kemenangan beruntun tak membuat Juventus lantas dengan mudah menjinakkan rival utama mereka musim ini. Namun berkat intercept krusial Bonucci dan gol tunggal Simone Zaza, Juventus akhirnya bisa merasakan posisi capolista, posisi yang akhirnya sukses mereka pertahankan hingga akhir musim.


Worst Match
Napoli 2-1 Juventus


Memulai musim dengan sekali menang, dua kali kalah dan dua kali imbang membuat Juventus mulai diragukan dalam scudetto race musim ini. Kemenangan atas Napoli di San Paolo dianggap dapat mengembalikan motivasi dan asa Juventus dalam perburuan scudetto. Sayang yang terjadi malah sebaliknya, gol dari Lorenzo Insigne dan Gonzalo Higuain membuat Juventus mendekam di peringkat 15.


1 komentar:

  1. Juve emang dah, jagoan ane :')
    btw, buffon masih kuat aja, keren emang nih kiper.

    BalasHapus

Dapat berkomentar menggunakan G+ namun mohon maaf tidak memperbolehkan akun anonim.

Sangat terbuka dengan segala macam komentar, apalagi yang bisa membangun untuk kemajuan blog ini.

Tidak disarankan untuk melakukan copas (copy-paste) terhadap segala tulisan di blog ini karena sewaktu-waktu dapat dilaporkan kepada DMCA Google yang menyebabkan blog si plagiat dapat dihapus dalam kondisi terparah.

Akhir kata, terima kasih sudah berkomentar ^^v

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...