Manchester United biasa dikenal sebagai klub raksasa dari tanah Inggris. Semenjak format Liga Inggris berganti menjadi Premier League pada musim 1992/93, The Red Devils telah menjadi kampiun sebanyak 13 kali. Pencapaian tersebut menjadi semakin istimewa karena seluruhnya diraih bersama sang manajer legendaris ; Sir Alex Ferguson.
Namun musim 2012/13 menjadi akhir dari cerita manis Sir Alex bersama United, pada akhir musim tersebut ia mengumumkan pengunduran dirinya sebagai manajer Manchester United sekaligus pensiun dari dunia manajerial sepakbola. Banyak pihak yang menyayangkan hal tersebut, but the show must go on dan MU diasuh oleh manajer berpaspor Skotlandia lainnya ; David Moyes.
Namun sayang, pencapaian Moyes bersama United bisa dibilang jauh dari kata memuaskan. Namun apakah itu murni salah Moyes? Ataukah memang kualitas skuat United memang tidak sebagus yang seharusnya?
Semenjak era Premier League digelar, Ferguson selalu mampu menjadikan United sebagai kekuatan yang ditakuti di ranah Inggris. Bukti 13 gelar selama era Premier League membuktikan MU dibawah Ferguson merupakan kekuatan dominan di tanah Inggris. Meski begitu ia juga pernah memiliki masa-masa sulit kala mengalami puasa gelar dari tahun 1986/87 hingga berhasil meraih gelar pertama di musim 1989/90.
Ferguson dikenal jarang mendatangkan pemain bintang ke Theater of Dreams, ia menciptakan pemain bintang itu sendiri melalui pembinaan yang panjang. Bahkan ketika memenangkan treble winner pada musim 1998/99, United bisa dibilang hanya memiliki sedikit pemain 'matang' di diri Peter Schmeichel, Roy Keane, Dwight Yorke dan Jaap Stam. Sisanya diisi pemain muda potensial yang kemudian lebih dikenal dengan nama "Class of 92".
Kalaupun ia melakukan pembelian pemain matang, itu bisa jadi disebabkan karena memang kebutuhan yang sangat mendesak, dan Ferguson tahu kapan harus mendatangkan pemain jadi untuk menambah kualitas skuat MU secara keseluruhan. Kejadian 'pembajakan' Robin van Persie dari Arsenal di musim 2012/2013 bisa dijadikan contoh.
Ferguson juga dikenal jarang menjual pemain keluar dari MU. Apabila sang pemain dijual biasanya karena sang pemain sendiri yang sudah tak betah di MU, atau sang manajer sendiri yang sudah tak menyukainya. Kasus lepasnya David Beckham karena kasus 'sepatu terbang' dan penjualan Van Nistelrooy karena campur tangan petinggi MU (keduanya ke Real Madrid) bisa dijadikan contoh bahwa Sir Alex merupakan sosok yang sulit untuk melepas pemain ke klub lain.
MU dibawah Ferguson identik dengan skuat yang diisi oleh banyak pemain yang bisa ditempatkan di lebih dari satu posisi dan berusia muda. Perbedaan MU versi Fergie dengan Arsenal versi Wenger --yang sama-sama memberikan porsi lebih kepada pemain muda-- adalah ; Fergie mampu menjadikan sang pemain muda terlihat seperti pemain jadi, sedangkan Wenger tidak.
Nama-nama seperti Beckham, Giggs, Butt, Neville bersaudara, Tevez hingga peraih gelar pemain terbaik Eropa dua kali ; Cristiano Ronaldo mampu menjadi pemain 'matang' disaat mereka seharusnya masih menjadi 'pemain muda'.
Jadi bisa dibilang kekuatan MU era Ferguson adalah kedalaman skuat yang diisi pemain dengan kualitas tak berbeda jauh dengan pemahaman akan taktik yang sempurna untuk mengalahkan lawan, bukan banyaknya pemain kelas wahid yang menghiasi starting eleven-nya. Kualitas skuat MU era Ferguson bisa dibilang sebagai materi tim medioker yang diramu dengan sangat baik hingga terlihat layaknya tim raksasa.
Mungkin hal ini yang membedakan Moyes dengan Ferguson. Ferguson mampu meramu tim 'medioker' dengan tepat hingga menghasilkan sebuah tim raksasa, sedangkan Moyes masih kesulitan membangunkan raksasa dalam diri 'para medioker' tersebut. Atau Moyes simply hanya membutuhkan waktu layaknya Ferguson yang nir gelar di empat musim pertamanya? Entahlah.
Namun musim 2012/13 menjadi akhir dari cerita manis Sir Alex bersama United, pada akhir musim tersebut ia mengumumkan pengunduran dirinya sebagai manajer Manchester United sekaligus pensiun dari dunia manajerial sepakbola. Banyak pihak yang menyayangkan hal tersebut, but the show must go on dan MU diasuh oleh manajer berpaspor Skotlandia lainnya ; David Moyes.
Namun sayang, pencapaian Moyes bersama United bisa dibilang jauh dari kata memuaskan. Namun apakah itu murni salah Moyes? Ataukah memang kualitas skuat United memang tidak sebagus yang seharusnya?
Semenjak era Premier League digelar, Ferguson selalu mampu menjadikan United sebagai kekuatan yang ditakuti di ranah Inggris. Bukti 13 gelar selama era Premier League membuktikan MU dibawah Ferguson merupakan kekuatan dominan di tanah Inggris. Meski begitu ia juga pernah memiliki masa-masa sulit kala mengalami puasa gelar dari tahun 1986/87 hingga berhasil meraih gelar pertama di musim 1989/90.
Ferguson dikenal jarang mendatangkan pemain bintang ke Theater of Dreams, ia menciptakan pemain bintang itu sendiri melalui pembinaan yang panjang. Bahkan ketika memenangkan treble winner pada musim 1998/99, United bisa dibilang hanya memiliki sedikit pemain 'matang' di diri Peter Schmeichel, Roy Keane, Dwight Yorke dan Jaap Stam. Sisanya diisi pemain muda potensial yang kemudian lebih dikenal dengan nama "Class of 92".
Kalaupun ia melakukan pembelian pemain matang, itu bisa jadi disebabkan karena memang kebutuhan yang sangat mendesak, dan Ferguson tahu kapan harus mendatangkan pemain jadi untuk menambah kualitas skuat MU secara keseluruhan. Kejadian 'pembajakan' Robin van Persie dari Arsenal di musim 2012/2013 bisa dijadikan contoh.
Ferguson juga dikenal jarang menjual pemain keluar dari MU. Apabila sang pemain dijual biasanya karena sang pemain sendiri yang sudah tak betah di MU, atau sang manajer sendiri yang sudah tak menyukainya. Kasus lepasnya David Beckham karena kasus 'sepatu terbang' dan penjualan Van Nistelrooy karena campur tangan petinggi MU (keduanya ke Real Madrid) bisa dijadikan contoh bahwa Sir Alex merupakan sosok yang sulit untuk melepas pemain ke klub lain.
MU dibawah Ferguson identik dengan skuat yang diisi oleh banyak pemain yang bisa ditempatkan di lebih dari satu posisi dan berusia muda. Perbedaan MU versi Fergie dengan Arsenal versi Wenger --yang sama-sama memberikan porsi lebih kepada pemain muda-- adalah ; Fergie mampu menjadikan sang pemain muda terlihat seperti pemain jadi, sedangkan Wenger tidak.
Nama-nama seperti Beckham, Giggs, Butt, Neville bersaudara, Tevez hingga peraih gelar pemain terbaik Eropa dua kali ; Cristiano Ronaldo mampu menjadi pemain 'matang' disaat mereka seharusnya masih menjadi 'pemain muda'.
Jadi bisa dibilang kekuatan MU era Ferguson adalah kedalaman skuat yang diisi pemain dengan kualitas tak berbeda jauh dengan pemahaman akan taktik yang sempurna untuk mengalahkan lawan, bukan banyaknya pemain kelas wahid yang menghiasi starting eleven-nya. Kualitas skuat MU era Ferguson bisa dibilang sebagai materi tim medioker yang diramu dengan sangat baik hingga terlihat layaknya tim raksasa.
Mungkin hal ini yang membedakan Moyes dengan Ferguson. Ferguson mampu meramu tim 'medioker' dengan tepat hingga menghasilkan sebuah tim raksasa, sedangkan Moyes masih kesulitan membangunkan raksasa dalam diri 'para medioker' tersebut. Atau Moyes simply hanya membutuhkan waktu layaknya Ferguson yang nir gelar di empat musim pertamanya? Entahlah.
Namun yang jelas, performa MU musim ini dibawah arasan David Moyes tidak akan menyenangkan hati fans MU, khususnya yang baru menyukai MU pada masa jayanya.
Nice! Moyes harus belajar dari sir alex dalam pembelian pemain... Pembelian Fellaini menurut gue buang-buang duit saja.
BalasHapussependapat.. :D
HapusStand behind our new manager \o/
BalasHapusyihaaa.. \(--,)/
HapusCiyee yang kemarin bisa 'bully' balik fans united :P
BalasHapusSebut saja 'karma' orang itu telah datang :P
HapusGua sih sukanya pas masih ada alex ferguson :v
BalasHapussekarang kagak , gua sekarang PSG :v
Kunjungan Balik Ya
Adam Hasnan
Comment & Follow
roda berputar ... mungkin giliran pelatih lain unjuk gigi, tapi bukan MU.
BalasHapusWaktunya Arsene Wenger (Arsenal) atau Brendan Rogers (Liverpool) kah?
Hapusbaiklah, berikan Moyes waktu... untung waktu MU kalah berturut-turut ini gue gak nonton (gak ada TV dan lagi gak di indomaret point) :(
BalasHapusKetimbang prihatin terhadap Moyes, gue kok jadi lebih prihatin terhadap nasib elu Ram? :(
HapusKeep The Blue Flag Flying High! hehehe (fans Chelsea, udah, iya)
BalasHapusTapi emang sir alex kepelatihannya edan sih-_- doi pinter nyari pemain
yg buat artikel ini benar2 beg0, pemain MU di era sir alex bukan medioker
BalasHapusmereka pemain berkelas, anjing loh
yg buat artikel ini benar2 beg0, pemain MU di era sir alex bukan medioker
BalasHapusmereka pemain berkelas, anjing loh
Pemain berkelas di tangan Sir Alex, dan pemain 'berkelas' yang bikin Reds Army frustasi di musim 2013/14 sama?
Hapusfrustasinya apanya jing ?
HapusKekalahan di Liga dari Liverpool (0-1), Manchester City (1-4), WBA (1-2), Everton (0-1), Newcastle United (0-1), Tottenham (1-2), Chelsea (1-3) dan Stoke City (1-2) [sejauh ini]
HapusSerta disingkirkan Sunderland di Carling dan Swansea di FA Cup tidak membuat frustasi?
Bahkan MU sendiri sudah meralat target musim 2013/14 dari juara menjadi lolos ke Liga Champion.
Kalau mas Hendrik belum frustasi berarti mas termasuk fans yang sabar. Soalnya saya banyak melihat di dunia maya fans MU yang frustasi dengan rentetan hasil buruk MU sejauh ini. :)
bilang MU medioker berarti lu ga ngerti bola
BalasHapusEttoooo ..... mas Hendrik sudah selesai membaca dan memahami seluruh isi artikel ini apa cuma melihat judul dan gambar Sir Alex saja? :)
Hapus