Meskipun sempat terseok pada awal musim, namun di dua bulan terakhir dari tahun 2015 Juventus mampu memperlihatkan Lo Spirito-nya dan sukses melaju ke babak gugur Liga Champion dan bertengger di peringkat empat Serie-A, terpaut tiga angka dari Internazionale dipuncak klasemen.
Layaknya tim manapun, tentu bursa transfer pemain juga menentukan bagus-tidaknya performa sebuah tim. Berikut adalah review tengah musim para rekrutan baru Juventus, mulai dari yang sukses, gagal, hingga masih perlu waktu untuk menentukannya.
TOP
1. Paulo Dybala
Pemuda Argentina sukses membuktikan bahwa ia pantas dibayar mahal oleh Juventus sekaligus merebut hati Juventini. Torehan sepuluh gol dan lima assist di semua ajang membuat Dybala sukses mematenkan namanya di starting eleven Juventus. Gol dan assist Dybala tak hanya banyak bagi seorang pemain muda yang baru bergabung dengan klub sekelas Juventus, namun beberapa gol/assist-nya bahkan berperan penting dalam menentukan hasil akhir pada laga-laga besar La Madama.
2. Mario Mandzukic
Sempat kesulitan beradaptasi diawal musim, striker Kroasia menunjukkan ketajamnya di depan gawang lawan pada dua bulan terakhir 2015. Gelandang Juventus akhirnya paham bahwa Mandzukic butuh suplai umpan silang matang agar ia bisa menjadi predator di kotak pinalti lawan. Duetnya bersama Dybala bahkan menjadi duet paling sukses yang dimiliki Juventus saat ini.
3. Alex Sandro
Sisi kiri Juventus kerap dianggap sebagai titik lemah, apalagi musim ini Kwadwo Asamoah lebih sering menghabiskan waktu di meja operasi dan usia Patrice Evra membuatnya tidak bisa diharapkan tampil dalam kondisi prima disetiap pekan. Untungnya Juventus berhasil mengamankan jasa Alex Sandro sebelum bursa transfer ditutup. Eks-Porto mampu meneror sisi kanan pertahanan lawan, bahkan tak jarang overlap Alex Sandro berakhir dengan umpan silang matang yang bisa dikonversi menjadi gol oleh lini depan Juventus.
4. Juan Cuadrado
Kegagalan mendapatkan Julian Draxler pada detik-detik akhir jendela transfer membuat Juventus melakukan dua last minutes buying, pertama adalah Hernanes yang dibeli dari Lazio dan Cuadrado sebagai pemain pinjaman dari Chelsea. Layaknya Alex Sandro di sisi kiri, Cuadrado mampu menjadi ancaman mematikan dari sisi kanan Juventus. Ia bahkan bisa dimainkan bergantian dengan Stephan Lichsteiner yang makin menua, dimana Lichsteiner berperang sebagai fullback/winger yang lebih bertahan dan Cuadrado menjadi fullback/winger untuk strategi menyerang.
FLOP
1. Hernanes
Saat Max Allegri menyatakan ia menginginkan sosok playmaker dalam timnya, Marotta berusaha mendatangkan playmaker dengan nama besar ke Turin, nama-nama semisal Oscar dan Julian Draxler pun masuk dalam daftar belanja. Namun kegagalan mendapatkan dua pemain tersebut dan makin sedikitnya waktu yang tersedia di jendela transfer membuat nama Hernanes tiba-tiba muncul sebagai playmaker anyar Juventus.
Nyatanya Hernanes malah menjadi titik lemah dari permainan Juventus. Alih-alih menjadi playmaker tim, ia kadang terlihat bermain tanpa inspirasi dan membuat kesalahan yang tidak perlu. Cidera yang dialaminya sebelum akhir 2015 mungkin menjadi berkah bagi Juventus, dimana mereka berhasil meraih hasil memenangkan semua laga yang dimainkan Juventus (kecuali laga melawan Sevilla). Bila Hernanes tak segera meningkatkan standar permainannya, bukan tidak mungkin ia akan didepak bianconeri pada akhir musim 2015/2016.
STILL NEED TIME
1. Sami Khedira
Bila bukan karena masalah kebugaran yang terus menimpanya, Khedira bisa saja menjadi pemain kunci bagi La Madama. Eks-Real Madrid mampu tampil apik dalam setiap kesempatan yang ia miliki, bahkan Juventus belum pernah merasakan kekalahan bila ia dan Marchisio bermain bersama.
Masalah kebugaran mungkin menjadi alasan mengapa Khedira dilepas begitu saja oleh Real Madrid, dan Khedira harus segera menyelesaikan masalah kebugarannya apabila ingin menjadi elemen penting dari skema permainan Allegri.
2. Simone Zaza
Nama Zaza memang kalah beken bila dibandingkan dengan Paulo Dybala, Mario Mandzukic dan Alvaro Morata. Bila Dybala dan Mandzukic menjadi duo utama lini depan Juventus saat ini, Alvaro Morata --meskipun mengalami penurunan musim ini-- masih memiliki kepercayaan Allegri karena performa apiknya musim lalu.
Namun striker Itali tak perlu terlalu takut, performa Zaza saat ini bisa dikatakan lebih bagus dibanding Morata. Zaza yang hanya tampil di sepuluh pertandingan ia sudah menghasilkan lima gol, bandingkan dengan Morata yang baru mencetak tiga gol dari 22 pertandingan. Bila mampu menjaga performa dan membuktikan diri sebagai joker dari strategi Allegri (apabila Morata masih mengalami masa buruk), rasanya cukup adil bila mengatakan Simone Zaza lebih pantas menjadi striker ketiga Juventus ketimbang Morata.
3. Mario Lemina
Waktu kedatangan pemuda Prancis ke Turin hampir bersamaan setelah Arturo Vidal meninggalkan Juventus, maka tak sedikit Juventini yang beranggapan bahwa Lemina adalah calon pengganti King Arturo yang disiapkan manajemen Juventus. Namun usianya yang masih muda seakan mengatakan Lemina belum cukup bagus untuk dipercaya tampil di laga-laga penting Juventus.
Sejauh ini Lemina baru mengoleksi tiga pertandingan dan tidak terlalu menampilkan performa yang istimewa. Lemina masih harus belajar dari pemain senior Juventus sembari menunggu waktu untuk merebut posisi di lini tengah yang seakan menjadi milik tetap trio Marchisio-Khedira-Pogba, jika tidak, bisa saja pemuda kelahiran Gabon ini dikembalikan ke klub asalnya; Marseille.
4. Daniele Rugani
Produk akademi Juventus ini akhirnya mendapatkan caps pertamanya sebagai starter dalam seragam hitam-putih Juventus saat menghadapi Torino di ajang Coppa Italia. Dalam pertandingan itu Rugani mampu memperlihatkan bahwa ia tidak canggung bermain dengan para seniornya. Bahkan ia juga hampir mencetak gol saat masuk menggantikan Barzagli yang mengalami cidera ringan saat berhadapan dengan Carpi di ajang Serie-A. Bila diberikan menit bermain dan waktu belajar yang cukup Rugani hampir pasti dapat dipastikan akan menjadi defender kelas dunia.
5. Neto
Sedikit berbeda dengan Rugani, Neto sudah merasakan dua kali sebagai starter. Meskipun laga debutnya dinodai kegagalannya mengamankan keunggulan Juventus kala menghadapai klub promosi, Frosinone, tapi Neto bisa dikatakan tampil bagus kala bersua Torino di ajang Coppa Italia.
Menjadi deputi seorang Gianluigi Buffon tentu membuat kiper Brazil menjadi jarang mendapatkan kesempatan bermain dibawah gawang Juventus. Namun sang pemain tampaknya mengerti akan hal tersebut dan tampaknya memilih untuk bersiap menjadi suksesor sepadan bila sang legenda Juventus memilih untuk gantung sarung tangan kelak.
FORZA JUVENTUS!
BalasHapusUlasannya keren euy.. Lengkap dan detail..
BalasHapusSalam kenal, Mas..
Salam kenal juga.
HapusSetuju, Bang. Dari awal gue agak kurang yakin sama Hernanes. Dan berharap banyak sama Zaza dan Rugani bakal cemerlang.
BalasHapus