Bila berbicara tentang tayangan yang berasal dari Jepang, tentu yang terlintas dipikiran adalah tayangan anime maupun dorama Jepang, karena memang dua jenis itu yang bisa dibilang mendominasi dan dekat dengan penonton Indonesia. Namun tahun ini negeri sakura kembali menciptakan terobosan dengan menghidupkan kembali seni drama boneka melalui serial Thunderbolt Fantasy.
Karya kolaborasi Jepang dan Taiwan ini lahir dari tangan dingin Gen Urobochi yang terkesima melihat pementasan panggung boneka saat melancong ke Taiwan. Keinginan Gen Urobochi untuk menampilkan pementasan boneka tersebut diwujudkan dengan kerja-sama Pili International Multimedia sebagai pemasok boneka dengan Nitrolus dan Good Smile Company yang mengankatnya ke layar kaca.
Serial ini memiliki tiga bahasa resmi, yaitu bahasa lokal di tiga negara penayangannya; Taiwan, China dan Jepang, untuk versi Jepang sendiri, soundtrack-nya yang berjudul 'Raimei' dibawakan oleh musisi yang teruji di dunia anisong; T.M.Revolution.
Bila melihat dari segi cerita, sebenarnya alur cukup klise. Dimulai dengan adegan dua saudara yang dikejar sang main villain untuk mendapatkan pedang legenda, sang kakak kemudian mengorbankan dirinya agar sang adik (dan kunci mendapatkan pedang legenda tersebut) dapat selamat. Lalu kemudian si adik ini bertemu dengan pendekar pedang yang menyelamatkannya dari kejaran penjahat.
Kemudian untuk menyelamatkan dunia, mereka menyiapkan diri dan membentuk party agar dapat mengalahkan kekuatan jahat dan serta membalaskan kematian sang kakak. And I think that it.
Tapi layaknya film layar lebar The Raid, terkadang jalan cerita jadi 'tidak penting' apabila kita melihat hal baru yang menarik. Bila The Raid menjual adegan fast-paced-action, maka Thunderbolt Fantasy menyajikan (juga) fast-paced-action dengan editing jurus yang dipadukan dengan teknik pertunjukan boneka tradisional.
Di era dimana film 2D, 2.5D dan 3D seakan menguasai, kemunculan pementasan boneka 'modern' ini memberikan opsi baru bagi mereka yang bosan dan ingin melihat sesuatu yang baru. Tapi tentu saja mereka yang semacam trauma melihat pertunjukan boneka disarankan untuk tidak menonton seri ini, karena.. well, for some part we could see a splattering blood on dolls.
Meski sedikit susah dalam menghapalkan nama karakter yang menggunakan nama China (sebenarnya dalam versi dub Jepang semua nama telah dibuat menjadi Jepang, hanya beberapa penyedia subtitle --seperti yang saya gunakan-- masih menggunakan nama China sebagai nama karakter), namun film ini pantas untuk ditonton, apalagi melihat para seiyuu yang mengisi para karakter utama merupakan seiyuu handal.
Karya kolaborasi Jepang dan Taiwan ini lahir dari tangan dingin Gen Urobochi yang terkesima melihat pementasan panggung boneka saat melancong ke Taiwan. Keinginan Gen Urobochi untuk menampilkan pementasan boneka tersebut diwujudkan dengan kerja-sama Pili International Multimedia sebagai pemasok boneka dengan Nitrolus dan Good Smile Company yang mengankatnya ke layar kaca.
Serial ini memiliki tiga bahasa resmi, yaitu bahasa lokal di tiga negara penayangannya; Taiwan, China dan Jepang, untuk versi Jepang sendiri, soundtrack-nya yang berjudul 'Raimei' dibawakan oleh musisi yang teruji di dunia anisong; T.M.Revolution.
Bila melihat dari segi cerita, sebenarnya alur cukup klise. Dimulai dengan adegan dua saudara yang dikejar sang main villain untuk mendapatkan pedang legenda, sang kakak kemudian mengorbankan dirinya agar sang adik (dan kunci mendapatkan pedang legenda tersebut) dapat selamat. Lalu kemudian si adik ini bertemu dengan pendekar pedang yang menyelamatkannya dari kejaran penjahat.
Kemudian untuk menyelamatkan dunia, mereka menyiapkan diri dan membentuk party agar dapat mengalahkan kekuatan jahat dan serta membalaskan kematian sang kakak. And I think that it.
Tapi layaknya film layar lebar The Raid, terkadang jalan cerita jadi 'tidak penting' apabila kita melihat hal baru yang menarik. Bila The Raid menjual adegan fast-paced-action, maka Thunderbolt Fantasy menyajikan (juga) fast-paced-action dengan editing jurus yang dipadukan dengan teknik pertunjukan boneka tradisional.
Di era dimana film 2D, 2.5D dan 3D seakan menguasai, kemunculan pementasan boneka 'modern' ini memberikan opsi baru bagi mereka yang bosan dan ingin melihat sesuatu yang baru. Tapi tentu saja mereka yang semacam trauma melihat pertunjukan boneka disarankan untuk tidak menonton seri ini, karena.. well, for some part we could see a splattering blood on dolls.
Meski sedikit susah dalam menghapalkan nama karakter yang menggunakan nama China (sebenarnya dalam versi dub Jepang semua nama telah dibuat menjadi Jepang, hanya beberapa penyedia subtitle --seperti yang saya gunakan-- masih menggunakan nama China sebagai nama karakter), namun film ini pantas untuk ditonton, apalagi melihat para seiyuu yang mengisi para karakter utama merupakan seiyuu handal.
- Lǐn Xuě Yā / Rin Setsu A | seiyuu; Kousuke Toriumi (Mikazuki Munechika-Touken Ranbu, Archer/Robin Hood-Fate/Extra)
- Shāng Bù Huàn / Sho Fu Kan | seiyuu; Junichi Suwabe (Daiki Aomine-KuroBas, Undertaker-Kuroshitsuji)
- Dān Fěi / Tan Hi | seiyuu; Mai Nakahara (Juvia Lockser-Fairy Tail, Ayano Tateyama-Mekakucity Actors)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dapat berkomentar menggunakan G+ namun mohon maaf tidak memperbolehkan akun anonim.
Sangat terbuka dengan segala macam komentar, apalagi yang bisa membangun untuk kemajuan blog ini.
Tidak disarankan untuk melakukan copas (copy-paste) terhadap segala tulisan di blog ini karena sewaktu-waktu dapat dilaporkan kepada DMCA Google yang menyebabkan blog si plagiat dapat dihapus dalam kondisi terparah.
Akhir kata, terima kasih sudah berkomentar ^^v