29 April 2016

Apa Yang Salah Dengan AC Milan?


AC Milan menatap musim kompetisi 2015/2016 dengan penuh percaya diri, langkah yang mereka ambil dalam mercato awal musim --meskipun tidak terlalu 'mewah'-- diyakini mampu mengembalikan Milan kepada kasta sebenarnya. Kehadiran nama-nama beken macam Allesio Romagnoli dan Carlos Bacca serta penunjukan Sinisa Mihajlovic sebagai allenatore diyakini mampu membawa Milan untuk bersaing dalam title race, atau setidaknya, kembali mendapatkan jatah berlaga di Liga Champions.

Sayang fakta dilapangan berkata lain, penampilan tidak stabil rossoneri harus membuat Mihajlovic dipecat pada akhir giornata 32, posisinya digantikan Christian Brocchi yang sampai saat ini memberikan hasil sekali menang, imbang dan kalah. Masih meragukannya performa Milan dibawah komando Brocchi bahwa menimbulkan keraguan bahwa Milan bisa merebut tiket ke Liga Champions musim depan.

Bila kita melihat pergerakan Milan di bursa transfer awal musim, terlihat jelas Silvio Berlusconi ingin mengembalikan ketajaman yang dulu pernah dimiliki Milan. Datangnya Carlos Bacca yang musim lalu mengemas 28 gol dari 56 pertandingan di semua kompetisi dan Luiz Adriano yang mengemas 21 gol dari 33 pertandingan seakan menjadi jaminan bahwa lini depan Milan akan menjadi momok bagi defender lawan.

Kenyataannya? Milan cuma sanggup mengemas 44 gol di Serie-A musim ini, kalah produktif dari peringkat kedua, Napoli (72 gol) dan peringkat ketiga, AS Roma (74 gol), catatan gol Milan bahkan tidak mampu melewati tim-tim yang secara peringkat berada diatasnya.

Bacca; 17 gol dari 37 pertandingan --- Luiz Adriano; 6 gol dari 23 pertandingan
Kesamaan gaya bermain Bacca dan Adriano yang sama-sama bertipe finisher diduga menjadi penyebab kurang produktifnya duo ini, ditambah lagi dengan performa Mario Balotelli yang 'sebenarnya' bisa menjadi penghubung kedua/salah satu dari duo ini pun masih angin-anginan. Selain Balotelli, Jeremy Menez juga merupakan salah satu dari attacante Milan yang under-perform, pemain Prancis musim ini hanya mengemas 12 pertandingan dan hanya menyumbang empat gol.

Di lini tengah, harga 20 juta euro untuk mendatangkan Andrea Bertolacci dari AS Roma dapat dikatakan sebagai pembelian sukses AC Milan musim ini. Bersama Giancomo Bonaventura, duet lini tengah ini memberikan delapan gol Serie-A bagi AC Milan (Bonaventure 6 gol dan Bertolacci 2 gol). Khusus Bonaventura, ia merupakan pemain Milan paling banyak memberikan assist dengan catatan 10 assist musim ini.


Di barisan defender, nama paling mencolok adalah palang pintu masa depan timnas Italia, Allesio Romagnoli yang didatangkan dengan mahar 25 juta euro dari AS Roma. Bila Daniele Rugani (Juventus) mendapatkan mentor pada diri Barzagli-Bonucci-Chiellini pada waktu latihan, lulusan akademi AS Roma ini langsung menjadi palang pintu utama Milan, sayangnya ia tidak memiliki partner yang bisa mengimbanginya.

Penampilan Mexes, Zapata dan Alex yang angin-anginan membuat Romagnoli harus lebih 'dewasa' dalam memimpin lini belakang Milan.

Romagnoli adalah pemain termahal kedua yang didatangkan AC Milan setelah Carlos Bacca musim ini.
Di posisi penjaga gawang mungkin merupakan bahwa Milan masih punya pemain 'berkelas'. Sensasi Gianluigi Donnarumma  yang berhasil mengkudeta dua pemain senior; Diego Lopez dan Christian Abbiati diusia yang baru menginjak 16 tahun. Meskipun jauh lebih muda, namun performa Donnarumma diatas lapangan membuktikan bahwa ia pantas menjadi penjaga gawang utama Milan.

The present and the future Gianluigi.
Sekarang kembali ke pertanyaan ada apa dengan AC Milan? Secara individu pemain mereka tidak terlalu buruk --meski ada satu-dua pemain yang tampil mengecewakan-- namun dilapangan Milan seakan sulit menyatukan bakat individu tersebut menjadi sebuah unit.

Tidak adanya sosok pemimpin di dalam dan luar lapangan bisa menjadi sebab. Riccardo Montolivo memang memegang jabatan sebagai kapten Milan, namun tak jarang malah ia 'lupa' bahwa ia memiliki tanggung jawab lebih. Gol freekick di menit 95 Siligardi (Hellas Verona) adalah bukti terbaru, sang kapten malah menghindari bola tendangan Siligardi yang akhirnya sukses menaklukkan Donnarumma yang tampil brillian kala itu.

Bandingkan dengan tiga tim yang berada di zona Liga Champion, Juventus memiliki Gianluigi Buffon, Napoli memiliki Marek Hamsik dan meski jarang mendapatkan kesempatan sebagai starter musim ini, peran Francesco Totti di ruang ganti AS Roma masih krusial. Tidak adanya sosok pemimpin baik didalam maupun diluar lapangan membuat performa Milan sulit konsisten.

Thiago Silva, pemain Milan terakhir yang memiliki jiwa kepemimpinan tinggi.
Mis-manajemen juga menjadi salah satu alasan besar gagalnya Milan musim ini. Contoh terbaru adalah Stephan El Shaarawy yang dianggap 'tak berguna' lagi di Milan malah tampil menjadi pahlawan baru publik Olimpico Roma. Selain El Shaarawy, Riccardo Saponara juga menunjukkan bahwa Milan salah melepasnya ke Empoli, bersama tim sekelas Empoli, Saponara sukses mengemas 10 assist dan disebut-sebut sebagai trequartista asal Italia terbaik musim ini.

Saponara dan El Shaarawy yang malah tampil impresif setelah meninggalkan Milan.
Belum lagi pemecatan Mihajlovic dan menggantikannya dengan Christian Brocci yang menimbulkan tanda tanya. Milan terbukti gagal bersama dua mantan pemainnnya, Filipo Inzaghi dan Clarence Seedorf menjadi bukti bahwa mantan pemain tidak selalu memberikan hasil positif. Mungkin Berlusoni begitu bernafsu untuk menciptakan Pep Guardiola (Barcelona) atau Antonio Conte (Juventus) versi Milan.

Apapun hasil akhir Milan musim ini, mereka membutuhkan satu defender top untuk menemani Romagnoli di lini belakang, dan jika Milan gagal lolos ke Liga Champion musim depan --yang hampir terjadi--, mereka harus mencari solusi lini depan karena top skorer mereka, Carlos Bacca sudah mengatakan keinginannya hanya untuk membela klub yang berlaga di Liga Champions.

Milan juga perlu membenahi manajemen mereka agar tidak menghasilkan keputusan-keputusan 'aneh' sembari berharap perjudian mereka dengan Brocchi berakhir manis.

Brocci HARUS menjadi Guardiola/Conte-nya Milan.

1 komentar:

  1. Menurut gue, kesalahannya ada dimanajemen, berlusconi terlalu cepat mengambil keputusan buat mecat mihajlovic, padahal para pemain dan fans sangat suka dengan gaya pelatihannya. Alhasil ada ketegangan diruang ganti setelah pemecatan tersebut. Dan milan harus lebih percaya pada pemain mudanya.

    gue sebagai penggemar milan, hanya bisa berharap musim depan bisa lebih baik...

    sory nih pajang...heheh

    oh iya mampir juga yak ke ceritangaranggue.blogspot.com

    BalasHapus

Dapat berkomentar menggunakan G+ namun mohon maaf tidak memperbolehkan akun anonim.

Sangat terbuka dengan segala macam komentar, apalagi yang bisa membangun untuk kemajuan blog ini.

Tidak disarankan untuk melakukan copas (copy-paste) terhadap segala tulisan di blog ini karena sewaktu-waktu dapat dilaporkan kepada DMCA Google yang menyebabkan blog si plagiat dapat dihapus dalam kondisi terparah.

Akhir kata, terima kasih sudah berkomentar ^^v

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...