Warkop DKI salah satu legenda komedi di Indonesia |
Komedi atau seni lawak sudah menjadi salah satu kebudayaan di Indonesia. Dimulai dari kemunculan trio Warkop DKI yang melegenda, masa-masa jayanya Srimulat, hingga kini muncul OVJ yang setia menghibur masyarakat Indonesia.
Bisa dibilang dengan begitu digemarinya 'bisnis' komedi di negara ini, hingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa komedi sudah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Indonesia yang memang dikenal ramah.
Namun semakin modern jaman yang dilalui, nilai kesenian dalam dunia komedi perlahan-lahan mulai ditinggalkan. Kalau dulu seni komedi diperlihatkan dengan permainan kata-kata yang menyebabkan efek yang berujung pada kelucuan, atau tindakan para lakon komedi yang terlihat biasa namun aneh hingga berujung kelucuan juga, sekarang malah (secara kasat mata) terlihat seperti sikap bullying.
Sikap bullying yang dimaksudkan ialah tindakan sang lakon (baik secara verbal maupun non-verbal) yang bisa menyinggung lakon lainnya, bisa jadi sang lakon yang disinggung tidak merasa tersinggung pada saat penampilannya namun tidak memperlihatkannya ketika tampil, tapi bagaimana kalau ia merasa tersinggung dan tidak dapat menahan emosinya ? Alhasil bisa terjadi pertengkaran dan bisa merusak nama kedua lakon tersebut.
Dari segi konten, mungkin kita bisa berasumsi kalau komedi yang ada sekarang lebih 'baik' dibandingkan jaman dulu ketika Warkop masih berjaya. Asumsi ini bisa diapungkan karena dalam beberapa adegan di film-film Warkop mempertontonkan adegan pantai, yang tentu saja lengkap wanita-wanita berbusana minim. Namun perlu diingat, kalau tontonan Warkop yang kita sering lihat di televisi itu sebenarnya merupakan film yang ditujukan sebagai acara bioskop dan tentu saja memiliki batasan umur. So, tidak jelas siapa sebenarnya yang harus bertanggung jawab atas kehadiran film para legenda tersebut di televisi swasta. Apakah salah mereka selaku pelaku seni ? Salah televisi tersebut karena menayangkannya pada prime time yang range umur penontonnya sangat beragam atau salah penonton karena tidak bisa membedakan konten per konten dari adegan-adegan tersebut.
Tapi kalau komedi jaman sekarang benar-benar lebih baik dari komedi jaman dulu yang (mayoritas) menampilkan adegan pantai pada setiap filmnya ? Tampaknya tidak seperti itu, karena tampilan komedi sekarang terasa memiliki unsur sarkastik/bullying dalam setiap penampilannya.
Transcorp |
Memang tayangan Opera Van Java sukses meraih kesuksesan yang besar di masyarakat dan sukses juga menampilkan komedi yang minim tindakan bullying. Kalau pun ada adegan bullying yang ditampilkan, itu hanya antar lakon utama atau kepada lakon-lakon tamu yang sudah mereka kenal dengan baik. Singkat kata, mereka hanya melakukan tindakan (semi)bullying kepada lakon yang sudah mereka kenal baik, meski tidak terlepas kemungkinan mereka juga melakukannya kepada lakon lain secara tidak sengaja.
Namun kehadiran OVJ seakan 'mematikan' potensi dari acara komedi lainnya yang sudah tampil duluan, antara lain acara 'Bukan Empat Mata'. Well, jujur saja, tampaknya masa keemasan mas Tukul yang terkenal dengan gaya tepuk tangannya yang khas dan jargon "tak sobek-sobek mulutmu" itu sudah mulai dilupakan, meski secara rating tetap masih diatas. Buktinya acara tersebut masih tayang di Trans7 dan memiliki penonton yang lumayan banyak.
Meski sesungguhnya acara mas Tukul lebih cocok dikategorikan talk-show humor dibandingkan acara komedi, namun tetap saja masyarakat awam menanggapnya acara komedi. Selain itu ada acara tengah malam berjudul "Kakek Kakek Naris", yang bersifat talk-show juga tapi lebih nyerempet-nyerempet sisi porno, hingga muncul plesetan "Kakek Kakek Mesum" untuk acara tersebut.
Meski begitu, acara-acara yang disebutkan di atas memang minim dengan unsur bullying yang bisa membuat salah satu pelakunya tersinggung. Kalau masalah bagaimana mereka membuat penontonnya tertawa, itu masalah lain lagi.
Nah, dimanakah unsur bullying yang dimaksudkan dari tadi ? Mungkin kalau melihat acara-acara yang disebutkan diatas tadi bisa dibilang minim tindakan bullying karena para lakonnya memang mengerti dengan tekhnik guyon yang baik dan paling penting, pandai menjaga ucapan dan tindakannya agar tidak menyinggung orang lain.
Tapi bagaimana kalau nama Olga Syahputra diapungkan ? Seluruh Indonesia pasti mengenal artis yang memang memiliki nilai jual tinggi ini. Olga yang ceplas-ceplos dan ngondek ini secara ajaib memiliki jumlah penggemar yang banyak di masyarakat, apalagi bagi mereka yang umum dan (kemungkinan) butuh objek penderita yang harus ditertawakan.
Siapapun tahu kemampuan Olga untuk membuat penonton tertawa sudah tidak terbantahkan lagi. Dengan gesture tubuhnya yang khas dan ucapannya yang blak-blakan mampu membuat banyak orang terpingkal-pingkal. Namun ternyata bagi sebagian besar netizen yang melek dengan keadaan sekitarnya banyak juga yang kurang mengapresiasi tindakan Olga tersebut.
Hal tersebut disebabkan karena ucapan Olga yang sering 'tanpa sensor', alias tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Tentu masih segar dipikiran kita bagaimana Raffi Ahmad sempat putus (namun akhirnya kembali lagi) dengan Yuni Shara karena mbak Yuni merasa sebagai bahan bullying yang tragisnya selalu diulang-ulang ketika Raffi harus menjadi host bersama Olga di acara DAHSYAT.
Memang tidak dapat dipungkiri lagi kalau Olga memiliki bakat yang mengagumkan di dunia entertaintment, namun bakat besarnya seakan tertutupi oleh sifat ngondeknya dan ucapannya yang bisa membuat orang sakit hati.
Dan keadaan menjadi tragis karena rating acara yang dibawakan oleh Olga memiliki rating yang sangat tinggi. Hal ini membuat ia memiliki banyak penonton dari berbagai kalangan. Nah, masalah akan muncul ketika dalam acaranya sang artis malah menjelek-jelekan seseorang atau bahkan 'menghina' (entah secara sadar apa tidak) artis lainnya secara fisik maupun masalah pribadinya yang tidak pantas diumbar ke hadapan publik. Dampaknya ialah bisa merusak citra orang tersebut dan merusak nilai seni dunia komedi sendiri (karena Olga, entah bagaimana caranya, sudah dianggap sebagai artis yang memiliki bakat komedi). Nilai komedi era sekarang seakan hanya berputar bagaimana cara mengeksploitasi kekurangan seseorang untuk ditertawakan.
Dalam masa-masa semakin kuatnya stereotipe kalau komedi hanya untuk kaum yang (maaf) berparas kurang tampan/cantik dan low-intelligence, muncullah jenis komedi yang disebut StandUp Comedy. Jenis komedi baru yang mulai populer melalui situs YouTube ini mencetuskan diri sebagai "Komedi Cerdas". Hal ini karena mereka yang ingin melakukan StandUp Comedy harus mematuhi beberapa manual untuk membuat sebuah beat komedi untuk dipertontonkan. Komedi yang (katanya) ditujukan bagi kalangan ber-intelegensia ini memang sangat minim akan elemen yang menyinggung kekurangan seseorang, paling sering membahas tentang hal-hal yang dianggap umum di masyarakat namun dibuat sedemikian rupa hingga menjadi lucu.
StandUp Comedy memang sekarang menjadi alternatif pilihan bagi mereka yang ingin mencari jenis komedi yang berbeda dengan yang biasa mereka lihat di acara televisi sehari-hari. Namun sesungguhnya komedi itu hanya sebatas suatu jenis kesenian yang bisa membuat orang banyak tertawa dan melupakan masalah mereka. Jangan sampai dari komedi pulalah terjadi perpecahan atau perselisihan antar individu/golongan tertentu.
Olga Syahputra |
Siapapun tahu kemampuan Olga untuk membuat penonton tertawa sudah tidak terbantahkan lagi. Dengan gesture tubuhnya yang khas dan ucapannya yang blak-blakan mampu membuat banyak orang terpingkal-pingkal. Namun ternyata bagi sebagian besar netizen yang melek dengan keadaan sekitarnya banyak juga yang kurang mengapresiasi tindakan Olga tersebut.
Hal tersebut disebabkan karena ucapan Olga yang sering 'tanpa sensor', alias tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Tentu masih segar dipikiran kita bagaimana Raffi Ahmad sempat putus (namun akhirnya kembali lagi) dengan Yuni Shara karena mbak Yuni merasa sebagai bahan bullying yang tragisnya selalu diulang-ulang ketika Raffi harus menjadi host bersama Olga di acara DAHSYAT.
Memang tidak dapat dipungkiri lagi kalau Olga memiliki bakat yang mengagumkan di dunia entertaintment, namun bakat besarnya seakan tertutupi oleh sifat ngondeknya dan ucapannya yang bisa membuat orang sakit hati.
Dan keadaan menjadi tragis karena rating acara yang dibawakan oleh Olga memiliki rating yang sangat tinggi. Hal ini membuat ia memiliki banyak penonton dari berbagai kalangan. Nah, masalah akan muncul ketika dalam acaranya sang artis malah menjelek-jelekan seseorang atau bahkan 'menghina' (entah secara sadar apa tidak) artis lainnya secara fisik maupun masalah pribadinya yang tidak pantas diumbar ke hadapan publik. Dampaknya ialah bisa merusak citra orang tersebut dan merusak nilai seni dunia komedi sendiri (karena Olga, entah bagaimana caranya, sudah dianggap sebagai artis yang memiliki bakat komedi). Nilai komedi era sekarang seakan hanya berputar bagaimana cara mengeksploitasi kekurangan seseorang untuk ditertawakan.
Dalam masa-masa semakin kuatnya stereotipe kalau komedi hanya untuk kaum yang (maaf) berparas kurang tampan/cantik dan low-intelligence, muncullah jenis komedi yang disebut StandUp Comedy. Jenis komedi baru yang mulai populer melalui situs YouTube ini mencetuskan diri sebagai "Komedi Cerdas". Hal ini karena mereka yang ingin melakukan StandUp Comedy harus mematuhi beberapa manual untuk membuat sebuah beat komedi untuk dipertontonkan. Komedi yang (katanya) ditujukan bagi kalangan ber-intelegensia ini memang sangat minim akan elemen yang menyinggung kekurangan seseorang, paling sering membahas tentang hal-hal yang dianggap umum di masyarakat namun dibuat sedemikian rupa hingga menjadi lucu.
StandUp Comedy memang sekarang menjadi alternatif pilihan bagi mereka yang ingin mencari jenis komedi yang berbeda dengan yang biasa mereka lihat di acara televisi sehari-hari. Namun sesungguhnya komedi itu hanya sebatas suatu jenis kesenian yang bisa membuat orang banyak tertawa dan melupakan masalah mereka. Jangan sampai dari komedi pulalah terjadi perpecahan atau perselisihan antar individu/golongan tertentu.
"Mulailah dengan menangkap apa yang dimaksud, bukan apa yang diucap"
(Pandji Pragiwaksono)
Jadi menurut kalian, seperti apakah keadaan dunia komedi di Indonesia saat ini ?
hmm klo menurut gw ya.. semua komedi itu bullying and sarkastik kok.. andaipun ga mengolok2 orang lain pasti mengolok2 diri sendiri..
BalasHapusMaksudnya ada sedikit perbedaan dalam mengolok-olok dan sarkastik, perbedaannya dari cara penyampaiannya. Apakah enak untuk didengar bagi mereka yang ditujukan, dan tentunya bagi pemirsa yang mendengar.
HapusAfterall, itu tayangan umum
waw, postingan yg berbobot. ummm, sesuatu dikatakan penindasan kalau ada pihak yang merasa terintimidasi dan dirugikan. dalam tayangan OVJ, tentu saja konteksnya adalah tayangan humor. jadi unsur2 penyerangan secara fisik dilegalkan. toh niahnya memang untuk mendatangkan tawa, meski menurut sebagian orang dianggap tidak etis. demikian soal olga di tayangan dahsyat. sebab penonton di sana bayaran semua, jadi sudah tahu aturan main. alias rela dibulan-bulanin jeng olga ini, tapi hal akan berbeda jika ada penonton undangan seperti kalangan pelajar atau mahasiswa. seperti biasanya olga tidak pandang bulu dalam ber-joke ria. ini yg jadi masalah karena kita sebagai penonton yang melihat, akan memosisikan penonton yang disindir tsb sebagai korban.
BalasHapusstand up comedy yg tayang di kompas tv memang bagus banget. sindirannya pun cerdas dan intelektual. ini lebih 'bermartabat' alias berkelas ketimbang pelawak yang menjagokan selentingan sarkastik.
Mengenai tayangan bukan 4 mata yang jadi salah satu program fave saya dari dulu, di sana enggak ada unsur penindasan atau bercandaan sarkastik menurut saya tukul itu orang yg cerdas. kecuali tayangan gaje KKN. what the hell =-=
yeah, begitu komen saya. eaaa =-=
Nah itu yang saya maksudnya bang Saman. Sebenarnya saya membahas tayangan Empat Mata juga karena ingin membandingkan sedikit dengan tayangan OVJ.
HapusUntuk kasus Olga sendiri jadi kepikiran kalau dia tampil di hadapan penonton yang tidak rela 'dipermalukan cuma-cuma' (maksudnya penonton yang bisa saja membalas ucapannya, parahnya bisa jadi ribut).
Btw, terima kasih atas komennya ^^v
Menurut ane, well kalo masih rada sarkastik sih emang udah jadi bagian komedi (mungkin).
BalasHapusHowever kalo bullyingnya non-verbal a.k.a pake fisik, lucu sih, tp kurang pantes disiarkan. For example, OVJ. Kan ada tuh adegan ngejatohin and mukul orang pake "bahan yang tidak berbahaya". Gimana jadinya kalo anak-anak pada mempraktekkannya di sekolah? Inget kasus Smack Down kan? Dan gimana lagi jadinya kalo senior-senior mempraktekkannya kepada mahasiswa baru? #eh
Well, pokok-e gitu deh bang. Yang diambil kelucuannya aja deh, jgn diambil rasa sakitnya.
CMIIW
That's all.
Kan 'rada sarkastik', tapi bagaimana kalau sarkastik sungguhan ? Bisa berabe jadinya.
Hapusyah, afterall itu hiburan juga, sebisa mungkin hiburan itu meringankan beban pikiran dan bukan malah menjadi membuat pikiran tambah terbebani.
Komedi ada dua golongan :
BalasHapusHumor dan lelucon
Humor cenderung memakai kejadian lucu yang dialami sendiri, kisah2 sehari-hari yang fiktif, atau bisa juga mengejek dengan hartian mengejek diri sendiri biar terlihat lucu...
Beda dengan lelucon dimana pada dasarnya adalah membuat kelucuan dengan cara mengejek/membully orang lain atau lawan main komedinya...
Dua-duanya komedi, hanya beda style-nya saja... Tp tentu humor adalah komedi yang lebih berkualitas. CMIIW
Wah, saya jadi dapat pengetahuan baru nih. Thanks Gan ^^v
HapusIya nih! Berbobot sekali. Yah.. Standup Comedy akan banyak diminati.. Sedang dalam proses ke sananya. Saya suka :)
BalasHapuskomedi yg menyindir otu termasuk bulliying kalo yg disindir ga enak hati, kalo dia bisa nerima dan ga marah ya gak masalah sih om.. buat lucu lucuan
BalasHapuskalo masalah olga itu mungkin dia ga tau mana yg bisa dijadiin lelucon mana yg tidak, karena belum semua orang menerima leluconnya, bisa jd orang yg dijadiin lelucon itu dendam
(kebanyakan salah tempat lawaknya ="=)
Berarti kesimpulannya semua tergantung dari pribadi orang yang dijadikan joke ?
HapusCMIIW
waw! postingan yang keren...
BalasHapusjoke seperti itu malah bikim miris dan ngenes, bagaimnana ketika misalnya, di acara OVJ itu bintang tamunya pada dijorokin. dan itu ditertawakan.
bahan tertawaan yang mengarah pada sarkastik inilah yang ada dihadapan kita sebagai penonton. sayang, perilaku yang dianggap komedi itu juga ditiru sama anak-anak. teman saya aja sampe dimasukin potongan kertas pas ketawa ngakak sama muridnya. dan itu diketawain lagi. kita mau marahin siapa kaloi gini? hehehe
Itulah yang harus diwaspadai, masalah sensor-menyensor ini sudah sampai ke tahap yang membingungkan di negara ini.
HapusKarena (menurut saya) kurangnya peranan orang tua untuk membimbing anaknya dalam menonton suatu acara.
CMMIW
Stand up comedy ya...hmmmm...kapan2 harus nyobain tuh
BalasHapusGua ga pernah nonton TV jadi ga bisa komen tentang acara2 di atas
Cerita komedi merupakan suatu konsep bentuk cerita yang akan disampaikan kepada masyarakat tentang apa yang akan disampaikan melalui perannya. Hal ini merupakan suatu seni yang dapat menghibur penonton sekaligus memberikan pembelajaran tanpa harus menggurui.
BalasHapusSalam perkenalan dalam kunjungan perdana kami Sob. Dan sukses selalu.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSaya setuju sekali dengan artikel ini. Sudah berkali-kali masalah timbul karena humor kasar ala si Olga. Saya pikir memang dilema juga untuk pelawak kita karena masyarakat kita mayoritas masih sulit mencerna humor yang cerdas. Mungkin karena kesulitan hidup sehari-hari jadi susah mikir ya? :)
BalasHapusSalam dari Berita Unik
sekarang ini komedi lebih banyak bersifat menyakiti hati seseorang yang mungkin tidak sempurna dalam fisik..
BalasHapussangat disayangkan karena ini bisa dicontoh oleh masyarakat dan anak kecil..
salam blogwalking TV 3D dengan Harga Murah
kalo gua sih gini, komedi itu kan tujuan nya untuk menghibur, selagi dia di atas panggung untuk menghibur orang, bullying yang kayak gitu gua ga masalahin, karena yang dibully juga harus nya ngerti, kalo itu lagi di atas panggung, itu sih menurut gua, jadi sudah lah.
BalasHapusIMHO, StandUp juga kadang bahasannya SARA sih. Tapi yah, toh masih lebih mending daripada komedi 'styrofoam' *iykwim* :)
BalasHapusSelain itu StandUp biasanya untuk kalangan tertentu dan jarang sekali ditayangkan dalam tingkat nasional.
HapusBeda dengan level coverage-nya komedi 'styrofoam' :)
#imho
menurut gue dibuly atau diceng-cengin itu ya seru dan ada lucunya, gak musti ngelawak dengan tindakkan kekerasan, dan yang dibuly juga tau itu cuman peran dia di panggung bukan di dunia nyata dia terus2 dibuly ;D, visit balik bang
BalasHapusArtikel keren. Setuju banget kalo gaya komedi orang Indonesia tuh kebanyakan tuh ngelucu sambil mempermalukan orang lain. Mending kayak Raditya Dika gitu, setidaknya dia mempermalukan diri sendiri, bukan orang lain hehehe
BalasHapussemua tayangan komedi memang lebih cenderung mengarah bullying. tergantung dari kita sebagai penonton bagaimana memilih komedi yang cerdas yang minim akan bullying. toh kalo kita benar2 memilih komedi yang cerdas dan meninggalkan komedi yang 'asal - asalan', acara tersebut lambat laun akan tutup karena kurang menarik penonton.
BalasHapusjujur, dulu saya suka banget OVJ, namun semakin lama OVJ semakin kurang mendapatkan 'feel' kelucuannya. Entah karena sikap bullying yang semakin tinggi atau bahan komedinya yang diulang - ulang sehingga sudah bosan.
Dan menurut saya, komedi yang cerdas saat ini selain Stand Up Comedy tentu ada ILK (Indonesia Lawak Klub).
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusLama-kelamaan org akan menganggap bullying itu hal biasa, karena mereka terbiasa melihat itu sbg tontonan yg menghibur. Kalo itu di dunia panggung/TV mungkin itu cuma dianggap sandiwara, tp gmn kalo itu terjadi di dunia nyata, gak semua bisa nerima jd bahan bullying walaupun itu cuma buat becanda. Gw rasa sih tontonan itu bisa berpengaruh ke perilaku seseorang. Cuma berharap semua penonton "Be smart", bisa memilah mana yg pantas mana yg enggak.
BalasHapusAda beberapa pilihan sebenarnya. TV mengikuti pasar atau pasar yang mengikuti TV. Karena kebanyakan penonton TV Indonesia kita ini kebanyakan dari SES CDE, yang menengah ke bawah. Coba saya tanya, kakak sering nonton TV nggak? Ibaratnya petani, mereka butuh komedi yang nggak perlu mikir karena seharian bekerja. Komedi slapstik pilihannya. Dari jaman Warkop pun, komedi slapstik juga seringkali digunakan.
BalasHapussemua memiliki kelemahan dan kelebihannya. sebenarnya StandUp Comedy juga terkadang melakukan bullying atau bahkan SARA. tapi di lingkup itu, kita semua sudah sepakat dan sadar, untuk bersama sama menertawakan diri sendiri. tidak ada yang tersinggung.
BalasHapusdan komedin nya olga, menurutku gue udah ketrlaluan. hingga mengumbar kehidupan pribadi seseorang yang menurutnya lucu. miris-nya adalah, penonton menganggap hal itu memang lucu.
Well, macem YKS ama Pesbukers yang jokesnya make lempar tepung. Enggak ada apa-apa tiba-tiba lempar tepung. Tapi anehnya malah dapet rating tinggi, mungkin memang Jokes rendah dengan Selera Humor rendah (?)
BalasHapusKalo Warkop, walaupun ada 17++ sama adegan yang agak "Kasar" tap i itu lebih baik daripada acara-acara tv yang diatas. Lagian Warkop sendiri juga tayang biasanya jam 12 atau jam 2 pagi.
Gue juga makin kesininya lihat kalau komedi kita itu tidak jauh dari bullying dan sarkastik. Nonton stand up juga gitu. Ada unsur-unsur begitunya. Ambil contoh, si Andika Kangen band ini. Udah lumrah banget dan banyak banget materi dari komik2 yang ngebahas orang satu ini. Kena bully lagi. Gitu. Haaah keep smile deh!
BalasHapusHampir semua film komedi Indonesia di atas udah pernah ane tonton. Tapi film-filmnya Warkop emang paling the best sih.
BalasHapus