Kemenangan Juventus atas Napoli di lanjutan Serie-A Giornata 8 kemarin kian memperpanjang rekor tak terkalahkan Bianconeri di kancah Serie-A. Semenjak diasuh Antonio Conte (yang masih menjalani hukumana larangan bertanding) musim lalu, Bianconeri mencatatkan rekor 47 pertandingan tanpa pernah tersentuh kekalahan!
Kembalinya Lo Spiroto Juve semenjak diasuh Conte disebut-sebut menjadi salah satu alasan utama mengapa raksasa Turin belum pernah sekali pun merasakan kekalahan. Semangat ala Juventus ini membuat para punggawa Juve bermain all-out demi mengincar kemenangan.
Tapi sampai kapankah Juventus mampu mempertahankan catatan impresif mereka ini?
Juventus bukannya tim tak bisa dikalahkan, hanya saja standar pemain dan permainan Juventus saat ini bisa dikatakan sedikit di atas tim lainnya. Mengapa?
Pertama, semenjak pindah stadium dari Delle Alpi/Olimpico Turin ke Juventus Stadium, para pemain Juventus bisa lebih merasakan aura atau semangat para fans yang datang ke stadium untuk mendukung mereka. Hal ini dikarenakan jarak antara bangku penonton dengan lapangan amat dekat, berbeda dengan stadium lain yang ada di Italia. Faktor non-teknis ini dirasa mampu memompa semangat para pemain untuk selalu memberikan kemampuan terbaik mereka kala bertanding di lapangan.
Kedua, permainan Juventus dua musim terakhir ini bisa dikatakan sedikit berbeda dengan pola permainan tim Italia kebanyakan. Rata-rata tim Italia terkenal dengan permainan cattenacio atau pertahanan gerendel, pola ini menuntut pertahanan yang kuat untuk kemudian mengambil kesempatan menyerang melalui serangan balik.
Sedangkan Juventus semenjak diasuh Conte memainkan permainan menyerang yang disokong possession football. Permainan yang menuntut kemampuan para gelandang untuk mengoper dan menahan bola di lini tengah ini didukung oleh banyaknya gelandang berkualitas yang dimiliki Juventus.
Trio Marchisio-Vidal-Pirlo memang bisa dibilang kombinasi terkuat di lini tengah. Pirlo sebagai dirigen permainan, Vidal sebagai perusak alur permainan lawan dan Marchisio sebagai penyeimbang tim antara bertahan dan menyerang mampu membuat lini tengah Juventus tampil dominan atas lawan-lawannya. Ditambah lagi musim ini Juventus mendapatkan suntikan gelandang berkualitas di diri Mauricio Isla dan Paul Pogba.
Sisi sayap Juventus juga sedikit berbeda dengan tim lain. Kalau biasanya di sisi sayap ada dua pemain yang akan beroperasi sebagai winger dan wing back. Maka di Juventus peran tersebut hanya diemban oleh satu pemain. Faktor stamina menjadi salah satu keharusan untuk mengisi posisi ini, untuk dari itu kedua sayap Juventus diisi oleh pemain berstamina luar biasa macam Stephan Lichsteiner dan Kwadwo Asamoah. Dimana kedua pemain ini harus siap berlari membantu tim kala bertahan dan menyerang.
Ketiga, masih labilnya permainan para pesaing Juventus. AC Milan yang ditinggal Ibra dan Thiago Silva seakan sulit membukukan kemenangan, AS Roma yang mulai mengalami perpecahan dibawah asuah Zdenek Zeman serta masih inkosisennya permainan Inter. Praktis satu-satunya lawan sepadan Juve hanyalah Napoli, namun skuad yang dimiliki Napoli tidaklah sedalam Juve, jika satu atau dua pemain kunci Napoli absen, maka tidak ada pemain yang bisa menggantikan peran pemain tersebut menjadi pembeda dengan Juventus yang memiliki skuad yang dalam.
Namun Juventus bukanlah tim yang tidak bisa dikalahkan, setidaknya itu yang diperlihatkan Fiorentina pada giornata kelima Serie-A.
Fiorentina | 0 - 0 | Juventus |
Bermain di Artemio Franchi, Fiorentina yang bermain ngotot dan menggunakan pola 3-5-2 seperti Juventus mampu meneror gawang Gianluigi Buffon selama 90 menit. Kalau Stefan Jovetic atau Adam Ljajic mampu lebih tenang di mulut gawang, bukan tidak mungkin Fiorentina menjadi tim pertama yang memberikan kekalahan kepada Juventus.
Pressure yang ketat serta ngotot di lini tengah untuk mematikan peran Pirlo sebagai otak permainan Juventus berhasil. Pirlo dibuat tak berdaya dan akhirnya sulit mengembangkan permainan. Yap, mematikan Pirlo bisa dibilang menjadi salah satu cara untuk mengalahkan Si Nyonya Tua. Ibarat pedang bermata dua, ketergantungan akan Pirlo dalam mengoper bola bisa menjadi bumerang bagi Juventus kala Ill Metronome mendapatkan pengawalan ketat dari lawan.
Selain itu meski menjadi tim paling produktif di Serie-A, lini depan Juventus bisa dibilang tidak terlalu tajam. Para penyerang Juventus total 'hanya; menyumbang 8 gol dari total 19 gol yang dihasilkan di Serie-A. Hal ini menunjukkan lini depan Juve masih belum bisa diandalkan kala momen-momen penting, sebuah hasil dari kegagalan mendatangkan penyerang berkelas dunia pada jendela transfer. Hal ini bisa membuat para pemain bertahan lawan sedikit bernafas lega,
Suatu saat Juventus pasti akan merasakan kekalahan. Namun melihat mental bertanding para pemain serta jajaran manajemen Juventus yang sudah melakukan revolusi pasca-Calciopoli, rasanya satu kekalahan tidak akan merontokkan mental bertanding Juventus.
Untuk saat ini, mari nikmati penampilan mengesankan Juventus sembari melihat sampai sejauh mana mereka bisa mempertahankan status 'tak terkalahkan'.
FINO AL FIDE
FORZA JUVENTUS !!!
Juve kalah klo pirlo ama buffon dipensiunkan.
BalasHapusmungkin ini adalah faktor BEJO, BEruntung dan JOdoh,.,
BalasHapusjika di tnya kapan juve kalah, jwabannya NANTI, Jika lawannya lebih tangguh,.,.,
hoy ..congrats! LO DAPET AWARD.. tolong di simpen baik baik + + ya!
BalasHapusgue harap upil ini berharga buat lo..
http://cerita-danang.blogspot.com/2012/10/yakingue.html
hemmmm.... emang iya sih bukan rahasia lagi, banyak tim lawan yg koar2 "nyawa" Juve ada pada Pirlo. matikan Pirlo, Juve mati kutu.
BalasHapusbuktinya hanya La Viola yg sudah "terbukti" bisa melakukanya.
toh Pirlo ga mudah2 amat matiinya. :D
so, saya setuju suatu saat Juve pasti dapat dikalahkan.
sampai kapan? ;-)
ForzaJuve... #Capolista #Unbe47en
mungkin yang bisa menghentikan juve adalah inter milan,,,
BalasHapusSelamat untuk kemenangannya. Juve kapan akan kalah??
BalasHapusnanti, yakin pasti, akan kalah kita lihat saja. tidak di serie-A, mungkin akan kalah di liga champion.
*dihajarfansjuve .. heheu