Serie-A Liga Italia merupakan salah satu liga terbesar di Eropa dan dunia. Liga ini pada medio 90an bahkan disebut-sebut sebagai liga terbaik karena banyaknya pemain bintang yang bermain untuk klub-klub asal Italia. Namun seiring terjadinya kasus pengaturan skor pada tahun 2006, gemerlap Serie-A sebagai salah satu liga terpopuler dunia mulai redup.
Kondisi diperparah dengan makin bersinarnya klub-klub kaya Liga Inggris yang seakan bisa membeli pemain dengan harga selangit, sedangkan tim-tim asal Italia mengalami masalah finansial. Bahkan, seiring penurunan jumlah penonton yang datang ke stadium, Serie-A sudah tertinggal oleh Bundesliga Jerman dalam hal keramaian penonton di stadium.
Kiprah dan kehadiran tim raksasa bisa disebut sebagai salah satu magnet kuat datangnya pemain bintang dan suporter ke stadium. Namun penampilan tim Serie-A yang dulu memiliki Magnificent Seven kini seakan lenyap. Manajemen klub dirasa sulit mendatangkan pemain berkelas, rata-rata terkendala dalam masalah gaji dan nominal transfer.
Karena kendala-kendala tersebut para raksasa Italia seakan tertidur, tapi musim ada ada beberapa tim yang pantas disebut raksasa, entah karena performa mereka di kancah domestik maupun Eropa.
JUVENTUS
Setelah mengalami masa suram akibat tersandung kasus calciopoli, Juventus bisa dikatakan telah kembali ke kastanya sebagai raksasa Italian. Catatan 47 laga Serie-A tanpa pernah kalah menjadi pencapaian tertinggi Si Nyonya Tua semenjak melakukan come-back dari Serie-B.
Dari segi pemain dan manajemen, Juventus bisa dikatakan sudah lengkap dan solid. Meratanya skill pemain di semua lini memudahkan manajer Juventus, baik itu Antonio Conte, Massimo Carrera atau bahkan Angelo Allesio meramu tim bermental baja. Kehadiran pemain-pemain level dunia macam Andrea Pirlo dan Gianluigi Buffon semakin menegaskan status Juventus sebagai raksasa dan raja Italia.
Namun efek dari terlalu lama (7 tahun) absen di kancah Liga Champion membuat Juventus diragukan untuk dapat berkiprah jauh di turnamen paling bergengsi di Eropa tersebut. Hasil imbang melawan juara bertahan Chelsea mungkin bisa dibilang sebagai pencapaian yang bagus sebagai awalan baru Juve di Eropa, namun hasil imbang yang diterima kala bertandang ke markas Shaktar seakan menyatakan Juventus masih belum siap menatap Liga Champion.
NAPOLI
Sama-sama melakukan come-back bersama Juventus untuk musim 2007/2008. Napoli dari hari ke hari seakan menyatakan bahwa dirinya adalah 'Raja yang Hilang' dari Serie-A. Dua gelar Serie-A (1986/1987 dan 1989/1990) yang dirasakan publik San Paolo saat kehadiran legenda Argentina ; Diego Maradona seakan menjadi incaran setiap punggawa Napoli.
Kehadiran pemain berkualitas seperti Edinson Cavani dan Marek Hamsik membuat Napoli diperhitungkan dalam perebutan gelar scudetto musim 2012/2013 ini. Ditambah lagi ketidak-sertaan mereka di kancah Liga Champion, membuat skuad Walter Mazzari dapat fokus di Serie-A.
Namun sisi finansial dapat dikatakan sebagai nilai minus Napoli bila ingin dikatakan sebagai raksasa Serie-A. Melepas Ezequeil Lavezzi ke PSG dengan harga mahal memang mendatangkan keuntungan secara finansial, namun dari segi kekuatan skuad tampaknya Mazzari masih belum menemukan sosok yang bisa menggantikan peran Lavezzi. Jika Napoli bisa mempertahankan para bintangnya (khususnya Cavani, Hamsik dan De Sanctis), maka label raksasa Serie-A, bahkan Eropa dapat disandang dengan bangga oleh segenap punggawa Napoli.
LAZIO
Mantan Magnificent Seven yang mulai kembali menggeliat untuk menjadi tim top Serie-A kembali. Elang ibukota bisa dikatakan beruntung mendapatkan jasa pemain nasional Jerman ; Miroslav Klose. Meski sudah berumur, kemampuan Klose sebagai pemain bintang masih dapat diandalkan. Terbukti dari beberapa kali gol-gol yang lahir dari kaki dan kepala Klose memberikan kemenangan bagi Lazio.
Bintang di Lazio yang benar-benar bersinar dapat dikatakan 'hanya' Klose dan gelandang Hernanes. Namun hal itu juga membuat seluruh skuad Lazio bermain lebih untuk mempertahankan status mereka sebagai starter. Namun hal itu juga membuat Lazio akan mengalami kesulitan apabila berhadapan dengan tim penuh bintang, jika musim depan Lazio sukses masuk zona Liga Champion, maka manajemen perlu mendatangkan lebih banyak pemain berkualitas agar dapat bersaing.
INTER MILAN
Saudara muda AC Milan ini juga menjadi satu-satunya tim Italia yang pernah meraih treble winner (Serie-A, Coppa Italia dan Liga Champion). Namun semua kejayaan Inter itu didapat kala ditangani oleh Jose Mourinho. Sepeninggal Mou ke Real Madrid, Inter seakan kehilangan mental juara mereka. Lepasnya gelar juara Serie-A ke tangan AC Milan dan Juventus semakin membuktikan Inter butuh sosok (seperti) Mourinho lagi untuk dapat menjadi tim yang ditakuti.
Meski musim 2012/2013 ini hanya berlaga di Liga Europa, Inter bisa dikatakan telah melakukan mercato yang baik. Masuknya Rodrigo Palacio dan Antonio Cassano (sampai saat ini) bisa sedikit mengurangi rasa rindu interisti akan sosok seperti Samuel Eto'o yang mampu memberikan mereka treble winner. Jika Stramacchioni mampu membawa Inter tampil konsisten dan diberikan injeksi beberapa pemain bintang, rasanya Inter dapat menjadi raksasa yang lebih menyeramkan dari sekarang.
AS ROMA
Revolusi AS Roma dibawah Zdenek Zeman atau yang umum disebut sebagai Zemanlandia mengapungkan asa bagi para Romanisti awal musim 2012/2013. Dengan catatan mengesankan selama pra-musim sinyal-sinyal kebangkitan para serigala ibukota sebagai salah satu raksasa Italia mulai diwaspadai tim-tim Italia lainnya.
Namun inkosistensi masih menjadi masalah bagi skuad Zeman, belum lagi kekalahan telah dari Juventus setelah sebelumnya ia berkoar-koar akan menjadi tim pertama yang memberikan kekalahan bagi Juventus. Selain telak, tekanan mental yang didapatkan para pemain karena ucapan Zeman tersebut dapat mengganggu performa Roma yang masih diisi oleh pemain dengan jam terbang kurang.
Jika Francesco Totti mampu menginspirasi skuad Roma, maka era keemasan Zemanlandia seperti yang disebutkan di awal musim mungkin dapat terjadi. Seperti kala ia menginspirasi kemenangan 4-2 Roma atas Genoa setelah sebelumnya tertinggal dua gol.
AC MILAN
Geliat mercato awal musim Milan dapat dikatakan mengejutkan berbagai pihak. Setelah melepas sebagian besar pemain senior seperti Allesandro Nesta, Clarence Seedorf dan Fillipo Inzaghi, Milan malah kehilangan dua pemain kunci mereka ke PSG. Kehilangan Zlatan Ibrahimovic yang merupakan mesin gol Milan dan Thiago Silva bek tangguh level dunia berdampak dari menurunnya kualitas lini depan dan belakang Ill Diavolo Rosso.
Lebih mengejutkan Milan 'hanya' mendatangkan Christian Zapata dengan status pinjaman untuk menambal kepergian Ibra, serta Giampaolo Pazzini Bojan Krkic untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan Ibra dan Silva. Tanpa bermaksud merendahkan kualitas pemain tersebut, tapi dapat dikatakan level permainan mereka masih jauh dari standar permainan Ibra dan Silva.
Penurunan kualitas Milan pun semakin terlihat. Meski di kancah Liga Champion dapat dibilang memuaskan, namun menempati peringkat 15 pada giornata 8 dapat dikatakan bencana bagi tim sekelas Milan. Ditambah lagi badai cidera yang menerpa, akan semakin mempersulit langkah Allegri untuk membawa Milan kembali ke level permainan tertinggi.
Allegri butuh lengkapnya skuad serta dukungan manajemen dalam mercato jika ingin membawa Milan kembali menjadi salah satu raksasa Serie-A. Jika gagal, bukan hanya 'gelar' raksasa yang lepas, ancaman degradasi ke Serie-B pun makin menghantui Milan.
==================================
Itu adalah para raksasa 'baru' di Serie-A. Fans Serie-A tentu berharap tim-tim tersebut (bahkan mungkin tim lain) mampu mengharumkan nama Serie-A hingga menjadi liga terbaik Eropa lagi seperti medio 90an. Namun semua itu menjadi nyata apabila para klub mampu mempertahankan tren positif, para pemain bintang dan tentunya kestabilan dalam hal finansial. Apabila salah satu gagal dipenuhi, maka impian melihat Serie-A menjadi liga terbaik dunia tampaknya masih jauh dari kenyataan.
Klo itali gue suka ROMA, tapi malah gue gak suka akan kinerja Roma sekarang yang tidak layak atas tim ibu kota.
BalasHapus