Permintaan maaf dari @asepsuaji |
Beberapa hari yang lalu acara GalauNite di MetroTV terlibat tweet war mini dengan para mahasiswa IPB melalui situs mikroblogging twitter. Hal ini disebabkan karena salah satu jokes (candaan) dari Asep Suaji (@asepsuaji) yang mengatakan (entah sadar atau tidak) IPB sebagai Intitut Pemuda Bodoh. Kontan hal ini memancing amarah para mahasiswa IPB yang kebetulan melihat tayangan tersebut maupun yang mengetahuinya via twitter, dipimpin oleh akun resmi IPB; @tweetIPB, para mahasiswa IPB berbondong-bondong menyerang akun-akun yang terlibat dalam acara tersebut, seperti @asepsuaji, @GalauNite dan @metroTV.
Sekilas tindakan yang dilakukan oleh saudara Asep ini bisa dikategorikan sebagai tindakan pencemaran nama baik, dan seingat saya bisa dituntut secara pidana berdasarkan UU di Indonesia. Namun perlu ditekankan sekali lagi bahwa acara GalauNite itu ditayangkan secara LIVE (siaran langsung), yang berarti kesalahan-kesalahan seperti itu akan langsung didengar oleh masyarakat banyak tanpa melalui proses editing sebelumnya.
Meski pada akhirnya Asep melalui akun twitter pribadinya mengucapkan permintaan maafnya kepada civitas IPB secara umum, dan akhirnya permintaan maaf-nya diterima oleh akun @tweetIPB. Namun saya masih merasakan beberapa hal yang menarik untuk dibahas terkait kejadian yang 'tidak disengaja' ini.
Prolog
Seperti yang ditulis diatas, tindakan Asep yang menyatakan IPB sebagai singkatan dari "Institut Pemuda Bodoh" melalui sebuah acara yang ditayangkan secara nasional dapat dikatakan sebagai tindakan pencemaran nama baik. Nama baik IPB yang termasuk lima besar Perguruan Tinggi terbaik di Indonesia bisa tercoreng, belum lagi ditambah acara tersebut ditayangkan pada saat para calon mahasiswa mulai memilih-milih kemana mereka akan melanjutkan studinya. Sedikit-banyak ucapan Asep yang disiarkan secara nasional dapat mempengaruhi pilihan sang calon mahasiswa, atau bahkan orang tuanya dalam memilih perguruan tinggi. Karena pada dasarnya tidak ada yang ingin berkuliah di tempat yang bisa membuat dirinya menjadi individu yang ‘bodoh’
Main Problem
Permintaan maaf Asep Suaji kepada akun twitter @tweetIPB memang diterima oleh admin akun tersebut dengan lapang dada, bahkan dengan jiwa besar sang admin menghimbau agar para civitas IPB juga bisa menerima permintaan maaf mas Asep ini dengan lapang dada. Sekilas hal tersebut baik untuk banyak pihak, namun ternyata ada kelemahannya.
Jika ucapan Asep yang lebih cocok disebut sebagai jokes itu dianggap sebagai tindakan melecehkan/merendahkan suatu institusi, dalam hal ini Institut Pertanian Bogor, maka menurut saya sangat tidak pantas permintaan maaf tersebut hanya disampaikan melalui situs mikroblogging twitter, apalagi hanya tertuju kepada akun @tweetIPB.
Alasan Asep meminta maaf kepada @tweetIPB dipertanyakan ialah jika kita menanyakan kevalidan dari @tweetIPB itu sendiri. Siapakah dibalik admin dari akun tersebut ? Bisa berupa mahasiswa IPB, bisa berupa dosen, bisa berupa rektor, bisa berupa alumni, bisa berupa staff, bisa berupa infokom IPB, bisa berupa siapa saja. Hanya karena akun tersebut rutin menjelaskan tentang hal-hal yang terjadi di IPB maka banyak orang (khususnya mahasiswa IPB) menyebut akun tersebut sebagai akun resmi dari IPB. Kalaupun benar adanya akun tersebut resmi milik IPB, permintaan maaf secara twitter dirasa kurang pantas. Jika mas Asep benar-benar merasa bersalah dengan tindakannya, maka ia seharusnya menggelar konferensi pers untuk menyampaikan kata maaf, seperti yang sering dilakukan Afriyani terhadap keluarga korban Tugu Tani. Atau jika ingin diseleasikan secara kekeluargaan maka Asep seyogyanya mendatangi rektor/perwalian dari IPB dan menyatakan permintaan maaf secara langsung. Bahkan saya sebenarnya sanksi kalau rektor/orang penting IPB melihat acara tersebut dan mengetahui tindak-tanduk akun @tweetIPB.
Memang kita tidak boleh memperpanjang masalah, namun saya hanya merasa lucu dengan tweet war yang terjadi pada saat itu. Meski tidak selama kasus Marissa Haque, namun tetap saja saya tidak bisa menahan tawa melihat lini masa twitter saya yang kurang lebih berkata ‘mahasiswa IPB solid’ atau ‘mahasiswa IPB kritis’. Jangan salah, saya juga merupakan mahasiswa IPB, namun saya merasakan ada yang ‘janggal’ dengan kejadian tersebut. I mean buat akun-akun yang menyatakan mahasiswa IPB itu kritis/solid itu, apakah mereka tahu jumlah semua mahasiswa IPB ada berapa ? Dan apakah mereka tahu dengan pasti kalau sebagian besar dari mahasiswa tersebut mendukung tindakan mereka ? Jika hal yang mereka lakukan dengan ‘ikut-ikutan’ dalam tweet war diikuti lebih dari 80% mahasiswa aktif IPB, maka tidak ada keraguan kalau mahasiswa IPB itu kritis/solid, jika tidak ? Maaf, saya hanya bisa katakan kalian sebagai sekumpulan provokator.
Jika kalian benar-benar sayang dan ingin melindungi nama baik kampus rakyat IPB, maka tindakan mengumpulkan masing-masing ketua BEM per fakultas, ketua himpunan profesi per fakultas dan seluruh lembaga kemahasiswaan yang ada, bersama staff dan dosen untuk menuntut permintaan maaf dari MetroTV secara umum dan dari Asep secara khusus.
Selain itu selama saya berkuliah di IPB saya juga sering mendengar plesetan tentang kepanjangan dari akronim IPB, antara Intitut Perbankan Bogor dan Insitut Pembesaran Betis. Kedua julukan tersebut bahwa saya dengar dari mulut beberapa dosen/staff IPB pada event-event tertentu, seperti acara penyambutan mahasiswa baru. Tapi lucunya, jika merujuk pada apa yang disebut dengan jokes terhadap institusi, maka orang-orang yang mengucapkan (atau bahkan mempopulerkan) plesetan tersebut, juga dibutuhkan permintaan maaf (terserah jika mau melalui twitter atau media lainnya). Seperti Institut Perbankan Bogor yang sering disematkan karena banyak lulusan IPB berkerja di bank. Let's be real for a moment, IPB terkenal karena kontribusinya dalam bidang pertanian sejak dulu, jika kita berkoar-koar tentang dunia perbankan, maka (mungkin) jumlah peminat yang benar-benar berminat dalam dunia pertanian menjadi ragu untuk memilih IPB sebagai tujuannya melanjutkan studi.
Epilog
Bagi mereka yang suka atau sering melihat acara StandUp Comedy pasti tidak asing dengan tagline StandUp Comedy yang selalu dipopulerkan Pandji. “Menangkap makna yang dimaksud, bukan yang diucap”. Jika bisa menerapkan kalimat tersebut, maka kita (mungkin) bisa menerima joke Asep pada acara GalauNite sebagai pure joke. Karena jika memang saudara Asep sadar akan kesalahannya, maka ia akan meminta maaf dengan sendirinya, karena permintaan maaf yang dilakukan dibawah tekanan (dalam hal ini teror mention) tidak selalu bersumber dari hati nurani. Sekarang tergantung kita, apakah kita puas dengan permintaan maaf yang (mungkin) demi menjaga nama baik pribadi dan acaranya karena serbuan mention dari ‘beberapa’ mahasiswa atau permintaan maaf dari seseorang yang benar-benar sadar akan kesalahannya dan berniat meminta maaf.
*FYI, jangan lupa bahwa dulu acara Insert dan Empat Mata ditarik dari peredaran karena dianggap merusak nama baik individu/kelompok/institusi.
wah parah ne mereka yang suka ngacok ngarang singkatan...
BalasHapusdunia maya memang bebas berinspirasi tapi hrs hati2 ya,,bisa2 dijerat pidana. #miris
Postingannya sngt membantu
koreksi sedikit,,itu mksdnya program silet kalii yaah bukan insert :p
BalasHapusjujur kmaren, sempet ntn GalauNite tapi ga liat/klewatan yg bagian ini, hehe
mungkin krn di tv yg informasinya sifatnya selintas, mngkin ada jg org yg kurang nangkep ap yg dimaksd n dibicarakan. Apalagi ini acara yg berbalut komedi, yg byasanya ceplas-ceplos dan spontan, seperti yg dilakukan mas Asep ini.
tp stuju sama Farid, seharusnya minta maapnya ga cuma lwt twitter dan melalui akun @tweetIPB. Tapi, masalah kbanyakan org Indonesia yaitu cepet lupa. Jangankan masalah yg kcl2 kya gini, masalah yg milyaran2 n gede2 ajah dilupain.
*FYI: admin @tweetIPB itu KATALIS bimbel :)
Ah, maaf atas kekhilafan saya. Itu memang program Silet dan bukan Insert. Meski akhirnya program Silet mendapatkan izin tayang lagi.
Hapusoke lah, mending balik lagi ke tagline nya om pandji "menangkap makna yang dimaksud, bukan yang di ucap"
BalasHapuseh rid, tulisan lo makin seru aja nih, kata demi kata tersusun dengan indah, hingga gue yang bodoh ini harus berkali2 mengulang agar mengerti. hebat. keren (y)
gue pengen bgt bisa nulis kaya begini, heuheu
Terima kasih pujiannya Yon,#terharu
HapusMungkin karena keseringan nulis jadi sedikit demi sedikit tulisan gua jadi semakin 'indah'.
Elu juga bisa kalau mau mencoba Yon (y). Dan jangan pernah bilang diri sendiri bodoh, karena ucapan itu (bisa jadi) sama dengan doa, maka doakanlah diri kita yang baik-baik.
Huahaah soal singkatan kampus toh. kampus gue aja sering juga dibilang STIKOM (sekolah ilmu kompangan, Sekolah ilmu komedi) wkakaka. :D
BalasHapusgak bisa menjaga nama baik orang lain,berati gak bisa menjaga nama baik dirisendiri...hmmm jangan dicontoh :D
BalasHapusBegitulah Indonesia, segala cara dihalalkan untuk cari sensasi...maybe they're just bored ;p
BalasHapusHmmm, mungkin materi jokes di acara-acara stand up comedy atau galau nite butuh SOP kali ya, jadi udah ada aturan tersendiri sehingga memperkecil kemungkinan kayak gini.
BalasHapusya jelas kalo minta maaf masa via twitter, semcam ga ngerti etika dan moral.
*eh btw, materi mereka pake SOP ga? Yang pasti dalam perusahaan besar kan pake SOP, untuk materinya sendiri gimana ya? ada aturan kah? #malahjadikepo*
emang harus hati2 di dunia maya, tadinya cuma iseng malah bisa jadi masalah--"
BalasHapuso_O Galaunite live ya? Jadi masalahnya di admin IPB itu ya? Kembali ke kalimat Om Pandji deh bener.
BalasHapusya, mungkin dia ga sengaja, karena kan emang agak banyak plesetan singkatan u_u
BalasHapusyg mesti diambil itu maknanya, bukan ucapannya :)
Iya saya ngerti kalau (mungkin) mas Asep ini tidak sengaja. Yang menggangu saya itu komentar-komentar "pengecut" yang lalu lalang di lini masa saya.
HapusSaya bilang pengecut karena berani berkoar-koar melalui twitter saja (dalam kasus ini), kalau memang serius mau 'mengadukan' kasus ini jalan nyata ya bawa ke pihak kampus, dan biar pihak kampus yang mengurus. Bukan membombardir lini masa mas Asep dengan kata-kata yang (kebanyakan) nyolot.
setuju gw bang, minta maafnya ngga dewasa,
BalasHapusgw yang sekedar denger aja merasa gimana gitu meski bukan anak univ bersangkutan...
just opini
prolog : menurut gue seorang calon mahasiswa yang cerdas ga akan terpengaruh dengan jokes2 kaya gitu rid. dia yg udah tau lebih dalam seluk beluk kampus yang mau dimasukinnya tentunya bakal menyaring setiap isu yang dia denger mau itu jokes atau berita2 negatif lainnya.
BalasHapuspermintaan maaf di twitter : gue setuju. mungkin sebaiknya dia langsung meminta maaf resmi ke IPB.
acara live : inilah resiko dari acara tv live ga ada editing. tapi seharusnya pastinya individu yang tampil diacara live apapun bakal terlebih dahulu mempersiapkan segalanya yg harus disiapkan. tapi kecelakaan itu pasti ada. cuma yg bingung itu kenapa bisa pas IPB nya tuh begitu..
tapi harus diliat dari konteks kalimat keseluruhannya sih, jangan liat bagian yg dianggap mencemarkan nama baiknya doank itu, dan orang-orang yg ikut-ikutan ditwitter belum tentu tau seluk beluk masalahnya, dan cuma tau bagian Institut Pemuda Bodohnya doank itu.
BalasHapustweet bang Farid yang terakhir keren tuh XD
Nah ngena banget komentar Ramy dengan tujuan postingan saya ini. Terkadang kesal juga melihat orang yang keburu emosi karena hanya mendengar sepenggal kata dari sebuah kalimat utuh.
HapusTerima kasih sudah memuji tweet saya itu #senang
Untuk saat ini, kita semua mengerti akan semua yang terjadi di atas.
BalasHapusAkan tetapi, untuk pengendaliannya sangatlah susah sekali. Hanya pribadi masing-masng yang dapat meminimalisirnya.
Jangan-jangan orang itu punya referensi kenapa dia bilang IPB tu Institut Pemuda Bodoh. Mungkin perkuliahannya gak OK, mungkin dosen-dosennya lebih mementingkan project ketimbang keilmuan, mungkin di sana banyak mahasiswa yang tamatnya di atas lima tahun, mungkin di sana dosennya sok kuasa, mungkin di sana jurang kaya miskin kelihatan nyata dan diabaikan, dan kemungkinan-kemungkinan lainnya. Sehingga dengan data-data tadi, maka memang pemuda-pemuda bodoh saja yang mau masuk IPB, atau yang terlanjur masuk IPB baru menyadari bahwa, 'Bodoh banget aku kenapa aku mau masuk perguruan tinggi yang kayak gini' Siapa tahu ... Mungkin ada baiknya 'Alumni IPB' juga berani membuka diri, Muhasabah, sebelum marah gak berkelincitan :-)
BalasHapusPS: Untung aku cuman jaga toko dan gak kuliah, kalo kuliah mungkin bisa mati bediri juga kalo sekolah tempatku menimba ilmu dibuka boroknya oleh orang lain xixixixi
Maaf sebelumnya buat mas Buyung, namun saya sedikit 'kurang menyukai' komentar yang mas tuliskan ini. Jika mas membaca dengan seksama seluruh tulisan saya, akan ada kalimat yang berbunyi "IPB yang termasuk lima besar Perguruan Tinggi terbaik di Indonesia", jika mas benar-benar menyatakan IPB sebagai perkuliahannya yang tidak ok, maka secara tidak langsung anda juga mengatakan proses akreditasi yang dilakukan pemerintahan negara ini juga tidak ok.
HapusSelain itu alumni IPB juga termasuk sukses, seperti Presiden RI sekarang bapak SBY dan mentri Pertanian Kabinet Indonesia Bersatu, bapak Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MSi.
Saya sesungguhnya ingin sekali beradu argumen dengan mas Buyung, yang tentu saja mengumpulkan data-data terkait IPB sebelum berkomentar 'pedas' seperti itu. Namun saya menyayangkan mas Buyung menggunakan akun anonim yang tidak bisa diajak 'bercakap-cakap'. Semoga mas Buyung membaca ini.
Sekian.
Ini bukan akun anomim Boss. eMailku ada di: buyung.kiu@gmail.com
HapusBtw kalo memang IPB tu OK, kenapa ada yang ribut mengenai penelitian IPB tentang susu berbakteri yang sampai sekarang tidak diumumkan, padahal sudah diputus oleh pengadilan. Apakah itu bukan arogansi IPB yang berlindung di balik 'Kebebasan Ilmiah'? Padahal kalo kita mencermati apa yang dibilang oleh David Tobing di mana perlu informasi tersebut untuk ibu-ibu yang memberikan susu formula ke anaknya, maka apa yang dilakukan oleh IPB itu bisa menimbulkan bencana. Apa IPB menunggu jatuh korban dulu baru mengumumkan? Tega banget IPB ya ...
Tetapi kalo situ gak suka dengan komen aku, aku minta ma'af, tetapi saranku sih, ada baiknya coba seperti Dora the Explorer. Cobalah duduk dan berfikir. Cobalah amati bagaimana gaya dosen-dosen di IPB tersebut, apakah benar sebagian besar dari mereka mengabdi untuk keilmuan atau malah sebagian besar sibuk mengerjakan proyek sehingga kuliah terbengkalai. Cobalah amati bagaimana kehidupan mahasiswa IPB tersebut (misalnya tingkat kelulusannya, tingkat sex bebasnya, tingkat kepeduliannya ke masyarakat, macam-macam ukuran). Kalo situ bilang salah satu alumnus IPB tu adalah presiden ada yang mentri, ya itu fakta. Tetapi dari berbagai kasus pembalakan liar apakah tidak ada alumni IPB dari Fakultas Kehutanan yang terlibat? Sukar diduga kayaknya. Itu artinya informasi kesuksesan tidak cukup untuk bilang satu universitas itu OK atau tidak OK
Aku sih gak bilang IPB tu OK atau gak OK, karena aku gak tahu kuliah di IPB tu kayak apa. Aku cuma berandai-andai, kalo ternyata orang (si komedian) yang dihujat ngomong gak bener itu, ternyata punya data-data pendukung, yang mungkin gak berani dibuka ke publik, xixixixi malu d
PS: Aku tu lebih suka dipanggil QMoy ketimbang dipanggil Mas Buyung :-)
Maaf kalau saya mengatakan komentar mas QMoy ini anonim, soalnya ketika diketik di komentarnya link hanya sampai ke blogger kosong. Setahu saya biasanya itu dilakukan anonim. Sekali lagi saya mohon maaf.
HapusKalau soal kasus susu formula beberapa bulan yang lalu itu, jujur saya kurang memahaminya mas. Soalnya saya hanya sebatas mahasiswa, sedangkan kalau ingin membahas kenapa IPB tidak mengumumkan jenis susu berbakteri itu sebaiknya mas menanyakannya langsung kepada staff IPB. Soalnya saya tidak mau berspekulasi atas hal yang saya tidak tahu.
Soalnya IPB itu OK atau tidak, saya sudah mengatakannya di komentar disebelumnya bukan? Kalau kurang jelas, silahkan cari di google bagaimana IPB mendapatkan status sebagai salah satu PTN unggulan di Indonesia. Semua itu melalui proses akreditasi yang dilaksanakan pemerintah. Metode penilaiannya ? Saya kurang mengetahui detailnya, tapi kira-kira termasuk pada jumlah mahasiswa yang lulus dengan nilai dan waktu tertentu. Dan standar akreditasi itu sudah disamakan pula di seluruh Indonesia, jadi kalau mas QMoy masih ingin mempertanyakan apakah IPB itu OK atau tidak, silahkan tanyakan kepada badan pendidikan nasional terkait metode pemberian akreditasi PTN sampai mas QMoy puas.
Sedikit ingin membahas kasus pembalakan, kalau kasusnya rapi pastilah ada sarjana kehutanan disana, dan sarjana kehutanan itu bukan hanya dari IPB mas, ada beberapa PT/PTN lainnya yg bisa menghasilkan seorang sarjana kehutanan. Sama seperti kasus korupsi yang pasti dilakukan seorang sarjana ekonomi/hukum (jika kasusnya besar).
Dan menurut saya apa yang dikatakan @asepsuaji itu tidak lebih dari spontanitas belaka, jikalah dia punya data seperti yang mas katakan, mungkin dia akan membahasnya di forum lain, bukan di acara komedi. Atau bisa saja dia melaporkannya ke pemerintahan.
Ya.. saatnya lebih memebrikan hiburan jokes yang lebih cerdas namun tetap segara.
BalasHapuskunjungi juga dan join balik Blog saya
jokes di kita emang suka ngarah ke situ. sebenernyaa gapapa kalau cuma becandaan sama orang yang udah akrab. nah, asep ini mungkin keceplosan. harusnya emang dijaga apalagi kalau yang diplesetin itu nyangkut orang-orang yang ga terlalu deket sama kita. dan mungkin situasinya akan berbeda kalau yang bersangkutan adalah bagian dari apa yang di"bully"nya itu. misal kalau gue sebagai jomblo ngeledekin jomblo kan jadi ga bikin panas. beda rasanya sama orang yang udah pacaaran terus ngeledekin jomblo.
BalasHapus