Terungkap sudah dua tim mana yang akan berlaga di final Liga Champions musim 2016/17, adalah Real Madrid yang akan mempertahankan gelar yang mereka raih musim lalu melawan Juventus yang musim ini memperlihatkan 'seni bertahan' dengan hanya kebobolan tiga gol di Liga Champions musim ini. Skuat Max Allegri tentu datang dengan motivasi berlapis, karena ini adalah final kedua mereka dalam tiga tahun terakhir sekaligus menjadi laga pembuktian bahwa apa yang mereka lakukan selama ini pantas diganjar dengan trofi The Big Ear.
Bicara mengenai Juventus saja, tim yang sepertinya akan memecahkan rekor baru Serie-A sebagai klub pertama yang mendapatkan enam scudetto beruntun tersebut memiliki beberapa faktor yang bisa mendukung mereka untuk mengalahkan sang juara bertahan. Berikut adalah beberapa faktor mengapa Juventus bisa mengalahkan Real Madrid di Cardiff nanti.
#1. Pertahanan Terbaik Eropa
Bila melihat statistik Liga Champions musim ini, Juventus pantas berbangga karena mereka adalah tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit selama kompetisi. Hanya Corentin Tolliso (Lyon), Nicola Pareja (Sevilla) dan Kylian Mbappe (AS Monaco) yang bisa menggetarkan gawang Juventus selama Liga Champions kali ini. Pola high pressing yang diusung anak asuh Max Allegri ini bahkan sukses meredam trio terbaik Eropa lainnya, MSN (Messi-Neymar-Suarez). Apabila Juventus dapat tampil dengan kondisi terbaik (seperti final dua tahun lalu dimana mereka kehilangan Chiellini karena cidera yang membuat mereka kalah dari Barcelona), bukan tidak mungkin ketangguhan trio BBC Juventus dalam meredam trio BBC Real Madrid akan menjadi kunci kemenangan La Vecchia Signora.
#2. Motivasi Berlapis
Tanpa mengecilkan motivasi yang dimiliki skuat Real Madrid, punggawa Juventus kebanyakan memiliki motivasi berlapis untuk membuktikan diri mereka dengan merengkuh trofi Liga Champions musim ini. Sebut saja sang kapten Juventus, Gianluigi Buffon yang meski sudah menginjak usia 39 tahun belum pernah merasakan nikmatnya menjadi bagian dari tim terbaik Eropa, Gonzalo Higuain yang berstatus pemain termahal Serie-A yang memang didatangkan khusus untuk mewujudkan ambisi menjadi jawara Eropa, Paulo Dybala yang pada final dua tahun lalu hanya bisa menyaksikan Juventus dikalahkan Barcelona karena masih berstatus calon pemain Juventus hingga Dani Alves yang ingin membuktikan bahwa Barcelona telah keliru melepasnya secara cuma-cuma.
Pada level klub, Juventus juga masih memiliki kesempatan untuk menyamai torehan treble winner yang selalu dibanggakan rival mereka, Internazionale Milan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa rivalitas Juventus-Inter semakin memburuk semenjak kasus Calciopoli, dan para loyalis Juve --hingga beberapa pemain-- mungkin sering merasa kesal karena sang rival selalu membanggakan torehan treble mereka karena memang hanya Intermilan yang pernah mencapai hal tersebut.
Menjuarai Liga Champions juga dapat menjadi tolak ukur yang nyata bahwa Juventus telah pantas diakui sebagai salah satu tim elit Eropa. Mengingat Bianconeri kerap dipandang sebelah mata karena citra buruk Serie-A pasca Calciopoli dan minimnya informasi dan penyebaran informasi mengenai Serie-A.
#3. Chiellini
Dari semua pemain yang ada di skuat Juventus saat ini, sepertinya hanya Giorgio Chiellini yang mampu tampil lebih garang dari biasanya apabila berhadapan dengan striker berkelas dunia pada partai menentukan. Pemain berjuluk KingKong selalu memperlihatkan kecenderungan ini semenjak ia mulai menjadi pemain kunci Juventus semenjak Juve terdampar di Serie-B, bahkan kekalahan Juventus dari Barcelona dua tahun lalu sedikit-banyak dipengaruhi Chiellini yang urung tampil karena cidera. Mengingat lini depan Real Madrid diisi oleh penyerang berkelas dunia, maka 'kebiasaan' Chiellini tampil lebih baik dari biasanya kemungkinan besar menjadi penghalang ambisi Real Madrid merengkuh trofi Liga Champions ke-12 mereka.
#4. Mitos Liga Champions
Faktor ini lebih kepada 'kerugian' bagi skuat Zinedine Zidane, hal ini dikarenakan semenjak berganti format pada tahun 1993/1994, belum pernah ada tim yang menjadi juara back-to-back. Tim yang hampir memecahkan mitos ini seperti AC Milan (1995), Ajax Amsterdam (1996), Juventus (1997), dan Manchester United (2009) pun akhirnya tumbang di laga final.
Pertahanan juve emang kece abis. permainan pertahanan solid dibantu serangan yang efektif emang udah jadi ciri khas mereka.
BalasHapuscuman kita gatau. kadang ronaldo bisa menjadi pemain krusial di laga besar di champions league. kita liat aja hasilnya ntar gimana :)
Pertahanan Juve bisa dibilang salah satu yang terbaik di Eropa --apabila bukan yang terbaik-- dan tiga kebobolan selama melakoni Liga Champions musim ini jadi fakta tak terbantahkan.
HapusCuma Madrid dengan DNA Liga Champions dan mitos bahwa Liga Champions itu 'kejam' terhadap 'pendatang baru' bisa jadi penjegalan ambisi juara Juventus musim ini.